Di sisi panggung kecil bergaya klasik dan elegan yang terletak di bagian ujung tengah ruangan, ia sudah siap dengan sebuah biola yang sedari tadi tak pernah lepas dari genggaman. Menunggu namanya disebut untuk mulai memainkan dan membawakan lagu-lagu pilihan. Nada, demikian nama gadis itu. Setiap malam minggu, ia dan biolanya menjadi pengisi tetap di Harmony Cafe.
Tamu-tamu mulai berdatangan, biasanya mereka adalah yang sengaja ingin mendapatkan previllage dengan suasana mewah dan romantis. Kebanyakan dari mereka sudah sangat mengenal alunan musik yang dimainkan Nada. Begitu meliuk, menyayat dan menghanyutkan perasaan. Mereka sangat puas dan terkesan.
Dan, setelah namanya dipanggil, mengalunlah sebuah lagu bertajuk Rivers Flow In You milik Yiruma. Pencahayaan panggung segera disesuaikan. Redup. Seakan membawa seluruh pengunjung hanyut dalam melodi indah yang menyayat hati. Ia pun terlihat begitu larut dalam penghayatan. Sesekali wajahnya tertunduk, gerakan tubuhnya melambat dan matanya terpejam.
***
Malam ini adalah minggu kedua di Bulan Mei. Langit tampak suram, tak ada gemintang yang berkelip genit, mungkin karena purnama sudah tenggelam. Sudah sejak tadi ia menggesek biolanya. Dan Èlégiekarya Faure dijadikannya sebagai lagu pamungkas. Lagu yang berkisah tentang kematian Jules Loeb ini cukup mewakili perasaan. Benarkah dia sudah meninggal?
Sudah sekian lama bayangannya tak pernah bisa lepas dari ingatan. Betapa pun ia mencoba menerima, hatinya selalu saja menepis, seakan menyangkal fakta bahwa dari jutaan hari yang telah dilewati tak ada satu pun yang bisa membawanya kembali, atau sekedar membisikkan keberadaannya. Tidak ada. Dia seolah hilang ditelan bumi, tapi entah bagian bumi yang mana. Sejujurnya, ia sudah lelah dengan penantian yang dirasa hanya akan menjadi sia-sia. Namun lagi-lagi hatinya tak bisa berpaling. Ia hanya ingin sebuah jawaban.
Serupa Faure, ia merasa sangat kehilangan. Seseorang yang dulu pernah merajut hari bersama, mengukir mimpi indah berdua dan mengucap janji untuk tak pernah saling meninggalkan, bahkan tak pernah lagi terdengar kabarnya. Kematian adalah sebuah simpulan yang ia paksakan agar hatinya tak lagi mengharap. Tapi tak pernah berhasil. Karena jauh di relung kalbunya, dia tetap hidup dan akan kembali. Zein.
Sebuah gesekan panjang busur biola diambilnya sebagai tanda permainannya di lagu tersebut selesai, yang berarti juga menutup seluruh penampilannya malam ini. Tepuk tangan pengunjung pun bergemuruh, tak sedikit dari mereka yang memberikan standing ovation.
“Permainan yang bagus, Nada.” Mr. Fritz, Sang Manager Cafe memuji. “Penghayatan yang sangat mendalam dan begitu menyentuh.”
Nada hanya menanggapi dengan senyuman, tangannya masih sibuk mengemas biola ke dalam kotak.
“Sepertinya pengunjung semakin suka dengan penampilanmu, dan itu sangat membantu cafe ini, terima kasih.”