Lihat ke Halaman Asli

“Jual-beli” Prabowo dan Jokowi dalam Debat Isu Luar Negeri

Diperbarui: 18 Juni 2015   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Debat dengan topik politik luar negeri tentu tidak hanya menarik perhatian pemirsa di dalam negeri saja. Kemungkinan besar, para duta besar negara-negara sahabat menyaksikan debat semalam. Mereka pasti mencatat betul pandangan para calon presiden Indonesia untuk dilaporkan kepada kepala negaranya.

Pesan Jokowi yang mengatakan akan mendukung kemerdekaan Palestina tentu menjadi pesan yang akan diteruskan oleh Duta Besar Palestina. Pesan ini juga tentu akan masuk dalam catatan negara-negara yang selama ini mendukung kemerdekaan Palestina seperti negara timur tengah. Hal ini diyakini juga akan mencairkan hubungan dengan negara timur tengah yang selalu dituduh sebagai pengekspor paham wahabi oleh pendukung Jokowi.

Sayangnya, ketika memberi jawaban tentang Konflik Laut China Selatan, jawaban Jokowi tidak memberi kepastian bagi para negara di kawasan. Bayangkan saja jika anda saat ini tengah berkonflik dengan beberapa negara tetangga, termasuk super power Republik Rakyat Tiongkok, lalu calon Presiden Indonesia hanya mengatakan, ‘Kita tidak perlu ikut, kalau tidak punya solusi”. Tentu jawaban ini sangat mengecewakan. Seolah Jokowi tidak memiliki empati terhadap masalah-masalah yang dihadapi negara tetangganya. Terlepas dari fakta bahwa di sebagian wilayah tersebut juga terdapat kepentingan nasional Indonesia, seperti Natuna.

Prabowo Subianto meski tidak memberi jawaban langsung terkait konflik ini (karena posisinya beliau yang bertanya kepada Jokowi), namun memberi sesuatu yang lebih pasti sebagai jawaban. Pertama, Prabowo menegaskan kebijakannya untuk mengikuti pola diplomasi SBY. Bagi negara-negara di dunia, pola diplomasi luar negeri SBY telah diakui dan cukup disenangi. SBY dalam kondisi yang panas sekalipun tetap mampu membangun dialog antar negara secara baik.

Kedua, Prabowo menegaskan kebijakannya menerapkan Good Neighbour Policy, kebijakan tetangga yang baik. Artinya sebagaimana tetangga yang baik, Indonesia akan mengedepankan empati dan dialog untuk membangun kepercayaan. Tentu ini dapat diartikan oleh negara-negara di kawasan bahwa Prabowo juga akan berempati terhadap masalah Laut China Selatan.

Ibarat pepatah, tidak ada makan siang gratis. Dalam paparannya Prabowo menegaskan bahwa ada satu hal yang tidak bisa dikompromikan, yaitu kedaulatan teritorial negara kesatuan republik Indonesia. Hal ini tentu juga ditangkap betul oleh para negara tetangga, bahwa Prabowo sangat serius mempertahankan wilayahnya. Seolah-olah Prabowo ingin mengatakan, “saya berempati dan mau menolong masalah Laut China Selatan, tapi you juga harus pastikan tidak mengganggu wilayah Republik Indonesia”. Inilah “jual-beli” yang dilakukan oleh Prabowo sebagai calon kepala negara.

Jelas sekali bahwa Prabowo sangat memahami bagaimana mengelola peta konflik di kawasan Asia Tenggara dengan berani melakukan tawar menawar. Tidak semua orang bisa memahami konsep tawar menawar yang dilakukan antar negara bangsa. Kandidat Jokowi misalkan, meminta Duta Besar turut aktif terlibat dalam memasarkan produk-produk Indonesia. Bukan berarti ide ini buruk, ini ide yang juga baik. Akan tetapi, dalam kapasitas sebagai kepala negara, Prabowo jelas lebih unggul dalam menafsirkan “jual-beli” antar negara demi menjaga kepentingan nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline