Ada yang berbeda dengan Peringatan Hari Pattimura tahun ini yang jatuh pada tanggal 15 Mei 2013 kemarin. Biasanya puncak peringatan dipusatkan di pelataran Tugu Pattimura di Kota Ambon, namun kali ini justru dipusatkan di lapangan sepak bola Pattimura, tak jauh dari pelataran Benteng Duurstede, Kec. Saparua, Kab. Maluku Tengah (Malteng).
Prosesi peringatan dimulai pada hari Selasa (14/5) pukul 13.15 Wit kelompok adat dan grup cakalele Beinusa Amalatu melaksanakan upacara adat di kediaman Tetua Adat Negeri Tuhaha Max Aipassa, kemudian kelompok adat dan grup cakalele tersebut mengiringi kelompok pembuat Api Unar (api induk) menuju Baileu dan melaksanakan doa bersama masyarakat Negeri Tuhaha sebelum menuju Gunung Saniri.
Sesampainya di kaki bukit Gunung Saniri dilaksanakan ritual Cakalele yang dipimpin oleh Max Aipassa hingga mencapai puncak gunung dan dilanjutkan dengan pembacaan riwayat singkat Pattimura ketika mengatur strategi penyerangan terhadap Benteng Durstede dari atas Gunung Saniri.
Pada pukul 14.15 Wit dilaksanakan pembacaan doa oleh pemuka Agama Islam dan Kristen Protestan secara bergantian. Setelah doa selesai maka acara dilanjutkan dengan prosesi pembuatan Api Unar yang dipimpin oleh Tetua Adat Negeri Tuhaha.
[caption id="attachment_254347" align="aligncenter" width="468" caption="Prosesi pembuatan Api Unar (dok. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_254350" align="aligncenter" width="468" caption="(dok. pribadi)"]
[/caption]
Prosesi pembuatan Api Unar ini cukup unik karena diawali dengan ritual adat menggunakan Bahasa Tanah (bahasa daerah Saparua) dan sekitar pukul 14.29 Wit api pun berhasil dinyalakan yang langsung disambut dengan tabuhan Tifa dan Cakalele. Setelah obor utama Pattimura dinyalakan Tetua Adat Tuhaha menyerahkannya kepada Raja Siri Sori Islam yang mewakili Ketua Latupatti Pulau-pulau Lease. Penyerahan Obor Pattimura pun berlanjut kepada Bupati Malteng yang diwakili oleh Asisten 1 kemudian diserahkan kepada Raja Porto untuk dibawa ke Baileu Saparua secara arak-arakan oleh pelari obor dari Tuhaha yang didampingi grup Cakalele.
[caption id="attachment_254344" align="aligncenter" width="468" caption="(dok. pribadi)"]
[/caption]
[caption id="attachment_254343" align="aligncenter" width="468" caption="(dok. pribadi)"]
[/caption]
Tiba di Baileu Saparua, Obor Pattimura diserahkan kepada Tetua Adat Negeri Saparua untuk dibawa ke Negeri Tiouw secara estafet. Setelah itu seluruh rombongan cakalele dan masyarakat Tuhaha yang mengawal obor berputar arah kembali ke negerinya.
Di Negeri Tiouw, Obor Pattimura dibawa menuju pertigaan Porto-Haria melewati Pantai Waisisil, tempat dimana monumen Pattimura berdiri. Sekitar pukul 17.15 Wit Obor Pattimura diterima oleh Tetua Adat Negeri Porto untuk selanjutnya diserahkan kepada pelari obor mengelilingi Negeri Porto kemudian kembali menuju pertigaan Porto-Haria (dekat air raja) dan diserahkan kepada Tetua Adat Negeri Haria untuk melakukan hal yang sama dan berakhir di Baileu Haria dalam rangka prosesi adat dengan pembacaan 17 Amanat Rakyat yang menjadi landasan perjuangan Kapitan Pattimura yang dilanjutkan dengan sumpah persaudaraan oleh latupatti Saparua.
Sekitar pukul 21.00 Wit prosesi selesai dan obor diserahkan kembali kepada para pelari untuk selanjutnya dibawa dan disemayamkan di Monumen Pattimura, Pantai Waisisil. Tepat pukul 22.00 Wit seluruh rangkaian kegiatan pawai Obor Pattimura selesai.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H