Lihat ke Halaman Asli

Provokator Damai dari Pulau Selaru

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1396837912906293566

Pulau Selaru merupakan salah satu pulau terluar di belahan timur Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia, jaraknya hanya sekitar dua jam saja menggunakan perahu bermesin. Pulau tersebut masuk dalam wilayah Kec. Selaru, Kab. Maluku Tenggara Barat (MTB), Prov. Maluku.

Perjalanan menuju Pulau Selaru dari Ambon dapat ditempuh dengan dua cara, yakni melalui udara atau laut yang terlebih dahulu singgah di Ibukota Kabupaten MTB Saumlaki kemudian dilanjutkan dengan perjalanan laut menggunakan perahu bermesin atau speedboat dari Pelabuhan Saumlaki menuju Pelabuhan Adaut di Pulau Selaru.

Adaut merupakan sebuah desa yang menjadi ibukota di Kec. Selaru yang didiami oleh hampir 5.000 jiwa dan mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen. Kepala Desa (Kades) Adaut Ika Batlayar yang telah menjabat selama dua periode sangat concern dengan adat istiadat di Pulau Selaru yang hingga kini masih terus dijaga dan dilestarikan olehnya, seperti tradisi minum sopi (sejenis arak) dan bakar batu.

Provokator Damai Sejati

Ika Batlayar yang memiliki nama baptis Ignasius merupakan tokoh yang dihormati dan disegani di Pulau Selaru, masyarakat sangat mengenalnya karena keramahan dan sifat humoris yang melekat pada dirinya. Ia juga tidak membatasi waktu dalam melayani rakyatnya maupun para pendatang yang berkunjung ke Desa Adaut.

Ketika ia bercerita tentang anak angkatnya dari Indonesia Mengajar bernama Savira Mega Putri terlihat jelas pancaran kebanggaan dan haru dari raut wajahnya, sambil berkata “Savira tidak mau melepas marga Batlayar dari namanya!”. Savira adalah salah satu kontingen Indonesia Mengajar angkatan ke-4 di Desa Adaut periode 2012-2013 yang tinggal di kediaman Kades Adaut selama satu tahun penuh. Tradisi di Desa Adaut, setiap pendatang yang akan menetap dalam jangka waktu cukup lama akan bermarga sama dengan orang dimana dia tinggal bersama. (sumber)

[caption id="attachment_318917" align="aligncenter" width="640" caption="Andre, Ika Batlayar, Savira, Mama dan Ine Batlayar (dok pribadi)"][/caption]

Walaupun Savira seorang muslimah, ia memiliki kesempatan luas untuk menjalankan ibadahnya di kediaman Kades Adaut yang notabene beragama Kristen itu, bahkan Savira diberikan kesempatan pula untuk mengajar mengaji di Desa Adaut yang hanya memiliki sekitar dua keluarga muslim saja.

Pasca berakhirnya tugas mengajar di Desa Adaut, Savira kembali ke kampung halamannya di Jombang, Jawa Timur, kemudian bekerja di Kota Surabaya. Hingga kini, hubungan antara bapak dan anak terus terjalin walau hanya melalui jaringan telepon yang hanya mendapatkan sinyal jika ditempelkan pada sebuah kabel antena atau berada di ujung dermaga pelabuhan.

Inilah salah satu potret dari orang-orang yang mencintai keberagaman sebagai kunci kemajuan bangsa yang dilandasi dengan perdamaian dan kasih sayang antar sesama, merekalah provokator damai sejati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline