Lihat ke Halaman Asli

Apa Benar Pemerintah RMS Peduli Maluku?

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1402030790843689166

Pertanyaan tersebut perlu diangkat ke permukaan agar pemerintahan yang bercokol di negeri Belanda itu paham akan harapan rakyatnya di tanah air. Bagaimana seharusnya pemerintahan mampu mengelola asa para simpatisan dan pendukungnya di Maluku agar tetap memiliki kepercayaan bahwa RMS itu masih eksis dan tetap peduli dengan mereka, sehingga apapun langkah yang diambil oleh pemerintah RMS mendapatkan dukungan penuh dari tanah air.

Namun pada kenyataanya, Pemerintah RMS di Belanda justru sibuk mengurus dirinya sendiri dengan melaksanakan berbagai kebijakan yang absurd terhadap perjuangan dengan menambahkan kata-kata manis untuk didengar kaum awam, seperti ‘Delegasi RMS ke PBB di Geneva’ atau ‘Pemerintah RMS ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York’ padahal bukan PBB seperti yang kita ketahui melainkan organisasi-organisasi yang sama sekali bukan representasi dari perserikatan bangsa-bangsa, hanya saja organisasi tersebut (UNPO dan Decolonization Alliance) berkedudukan di kota-kota dimana markas PBB berdiri.

Bagi delegasi yang dikirim ke kota-kota besar tersebut sangatlah menyenangkan karena tidak menggunakan dana pribadi, melainkan dana hasil sumbangan para simpatisan dan pendukung yang telah mentransfer sejumlah uang ke Fonds Perdjuangan RMS (FPRMS). Biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang dicapai ternyata jauh dari harapan, khususnya pada kunjungan delegasi ke New York, meski Decolonization Alliance bukanlah organisasi representatif PBB, dalam dialog yang digelar ternyata suara RMS tidak terakomodir dengan baik sementara perwakilan dari West Papua (Menase W. Kaisiepo) mendapatkan peran dalam panel. (Sumber)

Daripada menghambur-hamburkan dana sumbangan, akan lebih baik pemerintah RMS di Belanda melakukan kegiatan nyata bagi rakyat Maluku di tanah air, khususnya kepada para mantan tapol/napol (istilah yang digunakan oleh aktivis RMS) seperti yang dilakukan oleh saudara-saudara kita dari LSM Peduli Maluku yang memiliki slogan ‘Satu Hati, Satu Semangat dan Satu Darah’. Dengan dana yang terbatas, mereka secara sukarela membantu saudaranya tanpa melihat latar belakang seseorang, apakah dia itu Kristen atau Islam, eks separatis atau bukan, dari keluarga komunis atau tidak semuanya diakomodir dengan memberikan alat pancing dan bukan ikan, sehingga mereka dapat mencari sendiri penghidupannya.

Kegiatan yang dilakukan akhir-akhir ini adalah memberikan penyuluhan peternakan di Desa Aboru yang dikenal sebagai basisnya RMS di Maluku. Selain memberikan penyuluhan mereka juga menyalurkan bantuan bibit ayam kampung dan bebek kepada kelompok tani di desa tersebut. (Sumber)

[caption id="attachment_327679" align="aligncenter" width="640" caption="Penyaluran bantuan bibit ayam kampung di Desa Aboru (lsmpedulimaluku.org)"][/caption]

[caption id="attachment_327680" align="aligncenter" width="640" caption="Pembangunan kandang ternak secara swadaya (lsmpedulimaluku.org)"]

14020309271599777060

[/caption]

[caption id="attachment_327681" align="aligncenter" width="640" caption="Penyuluhan peternakan yang dilakukan secara sederhana di rumah warga Desa Aboru (lsmpedulimaluku.org)"]

1402031030465786713

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline