Lihat ke Halaman Asli

Bukan Si Miskin

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Artikel ini merupakan bentuk analisis saya terhadap tulisan Goenawan Mohamad dengan judul “Bukan Si Miskin” yang dituliskannya pada Jumat, 25 Juli 2014.

Kekuasaan membuat orang menjadi serakah dan terkadang membuat orang menjadi tirani. Menjadi orang yang berkuasa bukanlah sesuatu yang menyenangkan karena harus melawan egonya dalam menjadi pemimpin yang bijak. Pemimpin wajib  mementingkan kepentingan rakyat bukan kepentingannya pribadi. Bukan berarti orang yang berkuasa tidak dapat merasakan senang, tetapi bagaimana ia menggunakan kekuasaannya menjadi berkat untuk orang lain.

Ada seseorang presiden yang menolak tinggal di Istana dan memilih hidup dengan sederhana. Ketika bepergian, ia mengendarai sebuah VW kodok tahun 1987 yang warnanya sudah kusam. Orang tersebut bukan tokoh dongeng, tetapi ia benar-benar ada. Namanya adalah Jose Mujica, presiden Uruguay. Ia bergaji 20 ribu dollar, tetapi ia menyumbangkan 90% dari uang tersebut untuk memberikan kepada orang-orang yang kekurangan. Presiden ini merupakan orang yang berbeda dengan presiden lainnya. Dapat disebabkan ia sudah mengetahui tujuan dia hidup untuk menolong orang lain. Banyak orang tidak mengetahui panggilannya sehingga tujuan hidupnya untuk kekuasaan/harta.

Pasti setiap dari kita mempunyai pengalaman yang buruk, hal ini juga yang dirasakan oleh Jose Mujica. Pada tahun 1960-an ia bergabung dengan gerilya Tupamaro yang merampok, menculik, dan mendapat uang tebusan untuk dibagi-bagikan kepada rakyat yang kekurangan. Kejadian ini hampir sama dengan cerita yang sudah terdengar tidak asing lagi bagi kita yaitu Robin Hood. Ia melakukan pencurian terhadap orang kaya untuk membantu orang yang miskin. Sebenarnya tujuan orang tersebut sudah baik, tetapi ia melakukannya dengan cara yang salah.Pada tahun 1970-an ia pernah ditangkap dan disekap selama 14 tahun. Namun, ia tetap bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya.

Jose Mujica menghidupkan kembali ethos yang diajarkan agama-agama. Namun, perbedaannya ia tidak percaya adanya Tuhan, tetapi ia percaya rasa keadilan dan kesetaraan antara manusia. Kita dapat lihat bahwa dirinya berani dan bertanggung jawab dengan posisi yang telah dimilikinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline