Lihat ke Halaman Asli

Salam Terakhir,Sang Pemimpin,(puisi)

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13506247921138624007

Meniti Indonesia hari ini, rakyat seolah olah porak poranda Negara terhempas bencana KekayaanNegara dijarah dan di gasak habis Kolonial kesiangan Menapak Indonesia hari ini adalah meniti tanah tanah retak kering dan kerontang membaca Indonesia terkini hurufhurufnya mulai pudar dantak lagi jelas tanah,air dan angkasa penuh srigala yang menyamar menjadi anak anak miskin Konglomerat dan komparador tua melayang dan menari diatas tubuh tubuh lapar mereka menadahkan tangan seolah olah serba kekurangan Indonesia hanya terbaca lewat mimpi Indonesia telah menjadi Negara berdasarkan PANCA KORUP dengan lima Sila 1.Ketidak hadiran Tuhan yang Esa 2.Kemanusiaan yang penuh pembiaran kemiskinan dan pemelaratan 3.Persatuan para anggota perwakilan rakyat yang tak lagi peduli dengan rakyat 4.Kerakyatan yang dipimpin oleh keloyoan kekuasaan tanpa permusawaratan dan permufakatan yang mencerminkan kehendak rakyat. 5.Keadilan tanpa rasa sosial bagi yang berkuasa Indonesia adalah ladang porak poranda habis disemai petani manca Negara rakyat dipaksa membereskan kerusakan yang ada Indonesia lumbung padi yang telah diacak acak oleh tikus tikus pencuri Ketika rakyat sedang terlena dan dibuat bermimpi dengan janji dan janji Indonesia telah dipecundangi komparador licik membonceng demokrasi yang kenyataannya hanya untuk para petinggi dan para pencuri. Hai Pemuda Majukan gelanggang Indonesia Bebaskan bangsa dan Rakyatmu Jangan pikirkan kekuasaan,trah dan kronimu saja. Jadilah presiden muda,lakukan perubahan dan perdamaian Bawalah negeri ini ke altar dunia yang lebih bermartabat dan berwibawa dengan Sumpah Pemuda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline