Lihat ke Halaman Asli

Setandan Pisang Samping Rumah

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar setahun lalu saya menanam pisang jenis ulik di samping halaman rumah, ada yang menyebutnya pisang emas, karena warnanya yang kuning seperti emas jika sudah masak. Pisang yang saya tanam sekarang sudah berbuah dengan tandan yang cukup banyak dan pisangnya besar-besar maklum pisang pertama dilahan tersebut.   Pisang emas itu juga telah punya anak sebanyak dua batang yang satu masih kecil dan satunya lagi tingginya sudah akan menyusul simboknya. Sebentar lagi pisang emas itu kayaknya akan masak, menurut emak saya pisang yang telah menggiurkan saya itu nanti jika telah masak  saya dilarang untuk ikut memakannya, hehe...berabe kan ! saya yang menanam tapi justru saya dilarang untuk menikmati hasil kerja keras saya. Setelah saya tanya mengapa kok tidak boleh saya makan, kata emak tidak baik, ora elok gitu saja jawabnya tanpa ada alasan kuat yang mendasarinya. Ya begitulah ajaran orang tua dulu banyak melarang, banyak membuat aturan, atau dalam istilah jawanya banyak pamali tetapi tidak jelas sebab musababnya. Pokoknya kita disuruh manut orang tua biar selamat. Ya bagaimana lagi orang tua harus diikuti asalkan tidak sampai melarang pada hal-hal pokok dan prinsip saja. Sebenarnya saya juga tahu bahwa itu adalah salah satu cara orang tua kita dahulu untuk mendidik anaknya menjadi anak yang loman anak yang dermawan, mau berbagi dengan orang lain meskipun itu sesuatu yang sangat dicintainya. Bukankah Nabi juga memberikan teladan seperti itu ? Berikan yang terbaik yang kamu miliki, jangan sesuatu yang kamu sendiri sudah tidak menyukainya lagi. Di era sekarang cara-cara seperti itu kadang juga diperlukan, tetapi masalahnya era sekarang tidaklah sama dengan era zaman dahulu sehingga perlu ada studi lanjutan mengenai cara mendidik anak, so mari terus belajar karena anak-anak kita tidak hidup di zaman kita mereka hidup di zaman yang sangat berbeda dengan kita sehingga kelak kita bisa bersikap lebih bijak. Lalu bagaimana dengan nasib pisang saya tadi ? hehe...anak yang baik adalah anak yang menta'ati perintah orang tua, dan saya percaya sepandai-pandainya anak (maaf saya tidak mengaku pandai lho ya hehe..) bukanlah apa-apa dibandingkan dengan orang tua kita, dan saya sudah punya rencana indah buat pisang emas tersebut. Salam Ta'dzim buat kedua orang tua saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline