Lihat ke Halaman Asli

Pemimpin Sejati AHOK Versus DPRD

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita baru saja diributkan oleh "dagelan politik" menurut ahok, antara dia sebagai gubernur DKI dengan Yang Terhormat Anggota Dewan DKI. yang semuanya bermuara kepada katanya "melayani publik dan masyarakat" DKI, tetapi dengan titik tumpu yang berbeda.

Ahok berpandangan bahwa pelayanan publik harus transparan, akuntabilitas dan tidak di begal, itu sebabnya Ahok begitu pembahasan RAPBD dengan DPRD selesai, karena anggota hanya memberikan "pokir" tanpa anggka dimasukkan dalam e-budgeting dan dikunci dengan tujuan supaya tidak ada pokir dan begal yang memasukkan dan mengeser anggaran yang telah dianggarkan.

Sedang DPRD berpandangan, bahwa hasil rapat RAPBD setelah pembahasan belum selesai, mereka membikin lagi "pokir-pokir" tadi dalam angka dan menggeser angka lainnya untuk mengakomodir pokir. Dan......jreeeeeng munculah angka lebih dari Rp. 12 T angka dari pokir tadi... Coba bayangkang..., kalau dibelikan nasi warteg berapa bungkus tuuuch.....

Kita tidak tau, pola anggota dewan, melayani tadi, apakah membeli USB eeh UPS, Buku Trilogi Ahok, Sosialisasi SK gub yang juga trilyunan merupakan salah satu bentuk pelayanan kepada publik dan masyarakat...!!! Kalok saya sebagai masyarakat DKI sich menjawab, " Tidaaaaak....!"

Kita hanya butuh pelayanan KTP, pelayanan kesehatan, pendidikan, jalan rusak, banjir, keamanan dan lain-lain..... Buat apa UPS mahal, anak TK juga tahu mending genset yang lebih murah, buat apa buku Ahok, siapa yang mau baca... (maaf koh Ahok..) mending buat perbaikan jalan, buat apa sosialisasi, memangnya masyarakat DKI harus kumpul tiap minggu mendengarkan sosialisasi SK Gub....

Saya jadi ingat kata bijak, bahwa anggota DPRD belum layak disebut pemimpin, apalagi pemimpin sejati..!! Dia masih berupa "pimpinan" yaitu orang yang naik keatas karena fasilitas, bisa money politic waktu nyalon, bisa karean diangkat partai, teman sejawat, tetangga dan lain-lain... Sedang pemimpin tanpa membawa syaratpun, orang sudah salut dan hormat karena karakternya.

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang melayani minat dan kebutuhan masyarakat yang dipimpinya. "Pemimpin sejati itu melayani. Melayani orang-orang. Melayani minat terbaik mereka.Dalam memimpin, mereka tidak selalu harus bertindak populis, dan tidak juga selalu mengesankan. Tetapi pemimpin sejati selalu dimotivasi oleh kepedulian kasih, Dibandingkan hasrat kejayaan pribadi dan mereka pun bersedia membayar harganya"Eugene B. Habecker

Dari Eugene B. Habecker, tadi mungkin teman-teman, warga DKI dapat menyimpulkan siapa pemimpin sejati yang kita inginkan..... Apakah kita pilih pemimpin yang bertindak populis, memimpin dengan hasrat kejayaan pribadi (uang) dibalik hatinya.. Atau kita pilih pemimpin yang kadang memang bertindak tidak populis (Ahok sering membentak, kata-katanya kasar), yang tidak mengesankan tetapi di dalam dirinya ada kepedulian kasih dan bersedia membayar harganya (dipecat jadi gubernur) karena prinsipnya itu...

Tolong renungkan jika kita punya hati yang bersih..., tanpa hasrat pribadi.... (jacks)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline