Lihat ke Halaman Asli

Anak Anda Tertarik Menjadi Musisi?

Diperbarui: 5 Juni 2019   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hampir setiap kali membaca biografi para musisi, penulis menemukan kalimat "pada awalnya tidak didukung orang tua" pada bagian masa lalu musisi tersebut. Alasannya bermacam-macam, ada yang menganggap musisi tidak punya masa depan yang baik, anak menjadi tidak fokus dengan pendidikan, takut terjerumus pergaulan yang salah dan berbagai macam hal lainnya. Padahal justru yang tidak punya harapan di masa depan adalah para pemalas, kemudian orang yang tidak fokus dengan pendidikan adalah orang yang sulit membagi waktunya dan orang yang terjerumus ke dalam pergaulan yang salah adalah mereka yang tidak cakap dalam memilih teman.

Menjadi seorang musisi tentunya harus memiliki kecerdasan musik, yaitu kemampuan individu untuk memahami, mengerti, mengolah, mencipta, atau menunjukkan masalah-masalah yang berhubungan dengan seni musik. Tidak semua orang memiliki kecerdasan ini, jadi orang tua patut bangga apabila anak memiliki bakat di bidang musik dan ingin menjadi musisi. 

Musisi bukanlah bidang yang membuat orang malas untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Contohnya musisi seperti Freddie Mercury, Greg Graffin, Milo Aukerman, Dan Snaith, Brian May, Milo Aukerman, Tom Scholz, Mira Aroyo, Diane Nalini, Art Garfunkel dan musisi dari Indonesia seperti Vidi Aldiano, Yukie (PAS Band), Gita Gutawa, Isyana Sarasvati, Once Mekel (eks-Vokalis Dewa 19) dan lain-lain adalah para musisi yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, bahkan ada yang sampai Strata-3 (S3).

Para musisi itu juga bukan hanya mendalami musik 'Halus', tetapi ada yang sampai ke musik 'Keras', Sehingga jenis musik yang didalami oleh si anak bukanlah hal yang patut dikhawatirkan, tetapi yang harus dikhwatirkan adalah inspirasi anak dalam bermusik, jangan sampai anak menciptakan atau memainkan musik yang menyampaikan pesan negatif. 

Penulis berpendapat bahwa mengekang atau melarang anak untuk melakukan hal berdasarkan kecerdasannya akan membuat anak tidak nyaman dan menjadi tidak termotivasi dalam mengenyam pendidikannya. Bantulah anak untuk berkembang sesuai dengan kecerdasannya, hal ini tidak hanya membuat anak merasa didukung, tetapi membuat hubungan anak dan orang tua menjadi semakin harmonis.

Sumber Referensi : 

Husamah. 2015. A to Z Kamus Psikologi Super Lengkap. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline