Presiden Joko Widodo beserta beberapa menteri seperti Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sepakat mengatakan kondisi perekonomian tahun 2023 akan gelap. Gelap yang dimaksud adalah kondisi di mana perekonomian secara global (berdasarkan prediksi dan kalkulasi lembaga-lembaga internasional) sedang dalam posisi yang tidak baik.
Krisis Ekonomi global ini diawali dari Pandemi Covid-19 dimana setiap negara memberlakukan pembatasan-pembatasan yang mempengaruhi ekonomi dari negara tersebut yang membuat inflasi serentak pada hampir pada seluruh negara hingga Perang yang saat ini berlangsung di Negara Ukraina-Rusia yang memperparah keadaan ekonomi global karena barang -barang komoditas seperti gandum dan minyak yang berasal dari negara tersebut tidak dapat didistribusikan kepada negara-negara yang tergantung dengan komoditas tersebut.
Berdasarkan Informasi dari Sekretaris Jendral PBB dan INF, setidaknya ada 66 negara yang akan terkena resesi ekonomi global pada tahun 2023 mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, China hingga negara yang sedang berkembang seperti Indonesia & Sri Lanka.
Berbagai krisis yang terjadi, seperti krisis pangan, energi, finansial, ancaman resesi yang akan terjadi pun tak bisa dikalkulasi sehingga akan menyebabkan meningkatnya kelaparan di dunia serta meningkatnya jumlah penggangguran dunia. Krisis yang terjadi di Inggris saat ini pun berdampak langsung pada nilai tukar mata uang di semua negara yang semakin melemah, termasuk di Indonesia. Perang Ukraina yang juga belum akan berhenti dalam waktu dekat pun semakin menyulitkan kondisi ekonomi dunia saat ini.
Walaupun perekonomian Indonesia tumbuh 5,44 %, kita tetap harus waspada. Pertumbuhan ekonomi saat ini bukan jaminan kekuatan resesi global dan pengaruhnya pada kondisi ekonomi.
Karena sangat disayangkan, ekonomi gelap juga akan berdampak bagi Indonesia. Tanda-tanda imbasnya 'dunia gelap' sudah terlihat di Indonesia. Inflasi mulai merangkak naik, ekspor melemah dan era suku bunga tinggi datang.
Peminat lelang Surat Utang Negara (SUN) atau Surat Berharga Negara Syariah (SBSN) turun drastis 35% dibandingkan pada tahun 2021. Rupiah telah mencapai Rp 15.190 per dolar AS.
Dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2022 mengalami inflasi 5,95% (yoy). Laju inflasi sekarang ini sudah melebihi target sasaran pemerintah dan Bank Indonesia (BI) 2%-4% pada tahun ini.
Tapi apakah akan ada yang bisa membantu ekonomi Indonesia tetap hidup dalam 'dunia gelap' ini?
Kondisi ekonomi Indonesia sedikit banyak pasti terpengaruh oleh resesi global. Guna mengurangi dampak yang dirasakan di Indonesia ada beberapa hal yang dapat dilakukan seperti berikut ini