"Parameter utama untuk dapat memelihara keragaman adalah mengelola kemampuan toleransi." -- Gus Dur
Toleransi merupakan hal yang sangat krusial bagi sebuah negara untuk menjaga persatuannya. Hal yang sangat mudah untuk dilakukan namun sulit untuk semuanya dapat menghargai betapa pentingnya hal tersebut. Rakyat Indonesia yang begitu banyak dan tersebar dimana-mana memunculkan keberagaman dan perbedaan yang dapat dengan mudah memecah-belah Indonesia. Namun dengan adanya elemen toleransi di tengah masyarakat, masyarakat Indonesia dapat bersatu tanpa memandang ras, agama, budaya, dll.
Pagi hari kira-kira jam 7, para Kanisian mulai memasukkan barang-barang bawaan mereka berupa koper, tas camping, ataupun tas besar lainnya yang memuat pakaian, alat mandi, makan, dan obat-obatan pribadi untuk dibawa ke pesantren Muhammadiyah Amanah yang berada di Tasikmalaya. Sungguh merupakan yang yang tidak terduga ketika sekolah Katolik yang mayoritas siswanya menganut agama Katolik tiba-tiba datang untuk mengunjungi pesantren dan mencoba pengalaman untuk hidup sesuai dengan gaya hidup mereka. Rasa penasaran terkait gaya hidup para santri di pesantren bermunculan ketika mendengar hal tersebut.
Terkejut rasanya ketika mendengar bahwa para Kanisian akan menginap dan mencoba menjalani hari seperti seorang santri. Tidak hanya gaya pendidikan yang berbeda, namun keseharian mereka yang sangat berlawanan dengan para Kanisian. Perbedaan yang sungguh terasa adalah bagaimana para siswa disana hidup dan menjalani hari. Para Kanisian yang biasanya setelah sekolah langsung pulang ke rumah masing-masing, bertemu dengan keluarga mereka, dan bebas melakukan apa saja, harus mengubah kebiasaannya dengan kebiasaan para santri yang tidak diperbolehkan pulang ke rumah mereka selama masa pembelajaran dan kegiatan keagamaan seperti mengaji dan sholat yang dilakukan setiap harinya.
Sebanyak 30 Kanisian menginjakkan kaki pertama kalinya di Pesantren Amanah, sungguh menggerakan hati ketika sambutan yang dilakukan oleh para santri disana yang sudah menunggu. Kemudian di antarkanlah para Kanisian ke tempat dimana mereka akan tidur. Walaupun hanya sebuah ruang kosong dengan lantai yang dilapisi karpet, namun mereka sungguh senang dengan kopi dan teh yang disediakan di depan pintu. Para santri pun mengajak kita untuk berkeliling pesantren Amanah yang sungguh luas dan besar. Sampailah mereka ke masjid yang masih dibangun namun sudah dapat digunakan. Sungguh pengalaman yang sangat baru dan berkesan bagi beberapa Kanisian untuk masuk ke dalam masjid untuk pertama kalinya.
Kegiatan yang sungguh menyentuh hadir ketika saat di malam hari, hari kedua, Kanisian di pesantren Amanah diajak untuk mengajar santri-santri di masjid. Setiap malam mereka mengalokasikan waktu untuk belajar kosakata bahasa Inggris dan Arab baru di masjid untuk meningkatkan kemampuan bahasa mereka. Tampak sukacita dan kegembiraan di wajah Kanisian ketika berinteraksi dan memberikan materi kepada santri-santri disana. Tidak sedikit juga yang bercerita dengan santri disana, berbagi pengalaman tempat tinggal mereka dan perasaan mereka.
Perbedaan juga tampak dari peraturan pesantren Amanah berkaitan dengan para santri disana yang dipisahkan berdasarkan jenis kelaminnya. Kemudian juga dengan peraturan mengenai penggunaan gadget seperti handphone yang dilarang keras oleh pesantren dan hanya boleh digunakan ketika masa pembelajaran telah berakhir. Sungguh berbeda dengan SMA Kanisius yang memperbolehkan para siswanya untuk menggunakan laptop maupun handphone ketika dibutuhkan dalam pembelajaran.
Langkah dalam menjadi santri dimulai dari pendaftaran peserta didik baru. Pendaftaran ini di Pesantren Amanah hanya untuk calon santri yang setara dengan SMP dan SMA. Jika, diterima bukanlah hal yang mudah untuk berpisah dengan keluarga untuk beberapa bulan sebelum akhirnya bisa bertemu kembali. Selama di pesantren, belajar, makan, mandi, sholat, dan tidur disana, merupakan hal yang menantang karena harus melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan dari orang tua dan jauh dari handphone yang merupakan sumber hiburan sebagian besar dari kita. Hal ini dilakukan demi formasi pendidikan yang ingin dicapai oleh Pesantren Amanah.
Pembelajaran di Pesantren juga tidak hanya soal IPA ataupun IPS, namun sebagian besar pelajaran di Pesantren Amanah adalah pelajaran agama. Agar dapat meningkatkan pengetahuan para santri di Pesantren Amanah, mereka memiliki puluhan mata pelajaran mengenai agama salah satu contohnya adalah bahasa Arab. Bahasa juga merupakan prioritas dari pesantren ini, sehingga seluruh santri diwajibkan untuk berbicara dengan bahasa Inggris atau bahasa Arab selama pembelajaran berlangsung.
Agar toleransi antar umat beragama dapat lebih tercipta pada masyarakat Indonesia, maka sebuah program untuk mengajak masyarakat sadar akan keberagaman dan betapa indahnya toleransi perlu dilaksanakan dalam sekolah maupun kegiatan masyarakat. Acara ini membuka pikiran para Kanisian terhadap bagaimana sistem pendidikan yang diimplementasi oleh agama lain, kemudian juga dengan adat-istiadat, kebiasaan, dan gaya hidup yang dapat menambah wawasan dan menambah rasa hormat terhadap perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H