Masih ingatkah kamu dengan kasus yang viral tentang seseorang tidak dikenal mengirim sesuatu menyerupai dokumen pdf yang ternyata merupakan aplikasi malware? Yap, itu merupakan salah satu bentuk phishing yang ada saat ini. Dalam era digital yang semakin maju, ancaman phishing menjadi salah satu tantangan besar terutama pada orang tua. Bagi mereka, berselancar di dunia maya mungkin terasa seperti menjelajahi lautan yang belum terjamah. Hal tersebut dimanfaatkan para pelaku phishing untuk melakukan penipuan terhadap orang tua karena kurangnya literasi digital.
Berdasarkan data dari laporan IDADX (Indonesia Anti-phishing Data Exchange), yang mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah pengaduan serangan phishing di Indonesia. Pada periode kuartal I 2023, IDADX menerima sebanyak 26.675 laporan serangan phishing, meningkat jauh dari jumlah laporan sebelumnya pada kuartal 4 2022 yang hanya sekitar 6.106 laporan. Lonjakan yang mencolok ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran dan pendidikan tentang keamanan online, terutama bagi orang tua. Namun, dengan pemahaman yang tepat dan langkah-langkah pencegahan yang sesuai, kita dapat membantu orang tua kita melindungi diri dari serangan phishing yang merugikan.
Apa itu phishing ?
phishing dapat diartikan sebagai kejahatan digital berupa penipuan yang berusaha memanipulasi orang lain dengan tujuan untuk mengambil informasi sensitif. Informasi tersebut bisa berupa data diri, kata sandi akun, dan bahkan rekening bank. Pelaku akan menyamar sebagai orang atau organisasi terkemuka agar mendapat kepercayaan para calon korban. Bentuk paling umum dari phishing adalah email, pesan teks, panggilan suara, web phishing, dan pop-up di website yang tidak dilindungi. Semua itu akan dibuat semenarik mungkin agar calon korban terbujuk.
phishing seringkali disamakan dengan spam, namun kenyataannya berbeda. Spam hanyalah istilah lain untuk email sampah dan iklan yang tidak diinginkan. Meskipun bisa dikatakan sama, namun perbedaannya ialah spam tidak memiliki niatan untuk mencuri informasi sedangkan phishing berupaya untuk mencuri informasi dengan sengaja dan menggunakannya untuk niatan buruk seperti menjual data pribadi sampai membobol rekening bank kita.
Mengapa orang tua menjadi target phishing?
Orang tua sering menjadi sasaran empuk bagi serangan phishing karena beberapa alasan utama. Pertama, mereka mungkin kurang terbiasa dengan teknologi dan kurang akrab dengan taktik manipulatif yang digunakan oleh penyerang phishing. Sebagai hasilnya, mereka lebih rentan terhadap trik phishing yang dirancang untuk mengecoh pengguna yang kurang waspada. Kedua, orang tua cenderung memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang mereka terima, terutama jika itu berasal dari sumber yang tampaknya resmi seperti lembaga keuangan atau pemerintah. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap serangan phishing yang menyamar sebagai seseorang atau organisasi yang dikenalinya.
Selain itu, kekayaan orang-orang cenderung mencapai puncaknya ketika mereka mencapai usia dewasa, menjadikan sarang telur mereka sebagai hadiah menarik bagi para penipu. Pada kuartal keempat tahun 2023, mereka yang berusia antara 40 dan 69 tahun, memiliki sekitar 62% dari total kekayaan di Amerika Serikat, menurut Federal Reserve. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pemahaman yang memadai kepada orang tua tentang taktik yang digunakan oleh penyerang phishing serta pentingnya tetap waspada dan kritis terhadap komunikasi online yang mencurigakan.
Jenis-jenis phishing
Berbagai jenis phishing selalu dilakukan para pelaku untuk mencuri data para korbannya. Tak heran mereka akan berusaha menciptakan teknik phishing baru untuk menjerat korban. Jadi agar lebih waspada, sebaiknya kita mengetahui Jenis-jenis phishing yang ada saat ini, yaitu:
1. Blind phishing