Kesan pertama berjumpa saling sinis. Memperhatikan apa yang dikenakan dari bawa kaki hingga ujung kepala, membaca cara mata melihat, menilai bibir yang menyeringai, senyum setengah keatas atau senyum rata. Kesan pertama pada raut wajah adalah langkah untuk memilih sinis atau mengajak menjadi kita. Semakin lama pada lingkaran yang sama satu sama lain mulai berbicara, tak lagi soal yang terlihat tapi mulai memasuki bagaimana cara menanggapi, kata-kata yang dikeluarkan seirama atau tidak dan mulai bergumam oh ternyata asyik dan ramah.
Selanjutnya berkali-kali bermain pada lingkaran yang sama. Dan tidak tau siapa yang menanam, tumbuhlah saling iri dan saling membuat isu satu sama lain, alasan kehadiran ini mungkin karena segala hal melewati batas, bercerita kesedihan terlalu cengeng, bercerita kebahagiaan terlalu tiada tara, hal ini tidak hanya tumbuh tapi juga berkembang menjadi muak dengan keluh kesah kesusahan atau benci karena tak bisa mencapai senang yang didapatnya.
Kesanggupan diri dalam merespon keadaan yang lain. Apakah diri perempuan selalu menilai sebaliknya? Kalau hal komunikasi saja masih saling curiga dan tidak ada kedewasaan, jangankan saling mendukung, untuk saling membela dari ketidakadilan hanya sebatas bibir merah dan pipi glowing saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H