Lihat ke Halaman Asli

Josua Pardede

TERVERIFIKASI

Chief Economist - PermataBank

Tensi Geopolitik dan Ekonomi: Telaah Risiko Stagflasi Akibat Perang Rusia-Ukraina

Diperbarui: 13 September 2022   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang Rusia-Ukraina menjadi risiko baru yang muncul tahun 2022 dimana telah mendorong kenaikan inflasi global dan menekan pertumbuhan ekonomi global. (Ilustrasi: Didie SW/Kompas.id)

Pada bulan Februari 2022, ketegangan di Eropa bagian Timur pecah setelah Rusia memutuskan untuk melakukan invasi ke Ukraina. Ketegangan ini sebenarnya sudah meningkat dalam satu tahun terakhir sejalan dengan intensi Ukraina untuk masuk ke dalam NATO. Hingga September 2022, perang masih berlanjut dan mengakibatkan dampak ekonomi ke berbagai belahan dunia, mulai dari negara maju hingga negara berkembang lainnya.

Perang pada dasarnya mengganggu proses produksi negara yang terkena langsung dari perang, sehingga imbasnya kepada aktivitas perekonomian secara umum, terutama bagi negara yang diinvasi, dalam hal ini, Ukraina.

Di sisi lain, sebagai respon dari invasi yang dilakukan oleh Rusia, negara blok NATO mengeluarkan sanksi bagi Rusia, dalam hal investasi hingga perdagangan. Akibatnya, perekonomian Rusia juga terkena shock di tahun 2022 ini.

Berbagai perusahaan, utamanya perusahaan AS dan UK menarik diri dari Rusia. Tidak hanya itu, lembaga keuangan dunia juga memblokade sistem pembayaran perbankan di Rusia, sehingga sistem pembayaran di Rusia juga terganggu di awal invasi.

Ukraina, sebagai negara yang terganggu sistem produksinya akibat perang merupakan salah satu negara produsen komoditas pertanian di Eropa.

Negara ini merupakan negara penghasil minyak bunga matahari terbesar di dunia, penghasil ketiga terbesar untuk gandum hitam, penghasil ketiga terbesar kentang, penghasil kedelapan terbesar untuk gandum.

Ketika terjadi supply chain akibat invasi Rusia ke Ukraina, alhasil terjadi peningkatan harga komoditas pangan global, yang kemudian mendorong krisis pangan global.

Krisis pangan global pada tahun 2022 tidak hanya didorong dari sisi Ukraina saja. Sanksi yang diberikan oleh negara Eropa berimbas pada revitalisasi pihak Rusia melalui larangan ekspor ke negara-negara tertentu, sehingga mengakibatkan penurunan supply dari produk pertanian.

Rusia sendiri merupakan produsen utama gandum, gandum hitam, dan juga minyak bunga matahari. Tidak hanya akibat perang saja, namun berbagai peristiwa gagal panen ikut serta dalam kenaikan komoditas pangan. Beberapa negara kemudian terpaksa melakukan larangan ekspor sebagai respon dari kelangkaan produk pangan dalam negeri.

Salah satu negara dengan kebijakan larangan ekspor adalah India, yang melakukan larangan ekspor gandum akibat gagal panen dalam negeri. Beberapa komoditas pangan terimbas yang secara langsung, seperti gandum dan minyak bunga matahari per Agustus tercatat masing-masing naik 1,6%ytd dan 9,9%ytd.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline