Lihat ke Halaman Asli

Josua Holong Munthe

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Bakat Terpendam

Diperbarui: 25 Januari 2025   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singa dan Kancil (Sumber : Sublimasi Meditasi)

Pada suatu hari, di sebuah hutan rindang, hiduplah seorang kancil yang gemar untuk mengembara. Sang kancil merupakan hewan yang paling cerdik dan dikenal pintar oleh binatang-binatang di hutan tersebut. Karena kepintarannya tersebut, banyak binatang di hutan tersebut yang sering bertanya seputar kehidupan mereka di hutan tersebut.

Suatu ketika, kancil tersebut sedang berjalan santai di hutan dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Suatu keramaian di hutan tersebut membuat sang kancil menghampiri keramaian itu. Di balik keramaian itu ternyata ada seorang singa yang merupakan raja dari hutan tersebut sedang turun untuk melihat rakyat-rakyatnya. Singa itu berjalan dengan berbalut kain berwarna merah yang mengikat kepalanya, kain kuning yang mengikat perutnya, warna hijau yang mengikat lehernya, serta warna biru yang mengikat ekornya. Sang singa berjalan dengan gagahnya yang dikawal oleh lima ekor pengawalnya yang terdiri dari tiga ekor banteng yang menggunakan formasi segitiga sama sisi dengan sang singa di tengah, dan dua ekor elang masing-masing di kiri dan kanan. Aura dan charisma dari singa tersebut sangat kencang, bahkan membuat sang kancil yang masih dari jauh dapat merasakan aura sang singa. Sang kancil bingung mengapa sang singa mendapat banyak sekali perhatian dari para rakyatnya. Padahal, menurut sang kancil, singa itu hanya mengandalkan postur fisiknya saja.

Suatu saat, ketika sedang berdiam di tengah pohon beringin yang rindang, singa itu pergi untuk minum di pinggir sungai seorang diri. Secara kebetulan, sang kancil juga sedang minum air di pinggir sungai tersebut. Di hutan itu, kancil tersebut sudah memiliki image sebagai seekor binatang yang paling pintar, bahkan mengalahkan sang raja itu sendiri, yaitu sang singa. Karena sifatnya yang haus akan ilmu, sang kancil bertanya kepada singa tersebut banyak pertanyaan, bahkan sampai petang pun. Sang kancil pun heran mengapa sang singa bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh sang kancil.

"Mengapa engkau bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku? padahal engkau hanyalah seorang raja yang kepintarannya di bawah aku", ucap sang kancil kepada sang singa. Lalu sang singa menjawab dengan lembut, "Engkau adalah salah seorang rakyatku yang paling pintar, tetapi kau melewati satu hal, tidak ada definisi pasti tentang pintar karena setiap orang memiliki kepintarannya masing-masing menurut cara pandang mereka sendiri". Itu merupakan dialog terakhir sang kancil dengan sang singa sebelum akhirnya sang singa memutuskan untuk pergi.

Dalam perjalanannya ke rumah, sang kancil masih penasaran dengan kehebatan sang singa sehingga ia mendapat banyak sekali sanjungan dari rakyat-rakyat hutan tetsebut. Setelah ia sampai di rumahnya, sang kancil kemudian menyadari apa yang membuat singa tersebut menjadi sorotan di hutan itu. Ternyata, sang singa memiliki kepintaran dalam berbicara dan keberanian untuk menyuarakan itu, kepercayaan diri dan keberanian dari sang singa juga membuat para rakyatnya menjadi kagum dengan singa itu.

Dalam dunia nyata, sang kancil merepresentasikan seorang rakyat dan sang singa yang memiliki jabatan politis atau seorang yang terlibat dalam politik praksis. Ada seorang rakyat yang seringkali bingung dengan kehebatan para politisi sehingga mereka bisa mendapat jabatan yang tinggi di suatu negara. Rakyat seringkali melihat kalau para politisi "hanya" bisa bicara. Padahal, berbicara itu sendiri membutuhkan keahlian, begitu juga dengan keberanian dari para politisi sebagai representasi rakyat untuk menyuarakan suara dari banyaknya rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline