Lihat ke Halaman Asli

Berani Jujur?

Diperbarui: 3 Februari 2016   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berani Jujur?

Judul tulisan saya sekarang ibarat sebuah advertensi Partai Politik tertentu, yang kadernya satu per satu masuk bui. Tetapi saya memang ingin menulis tentang jujur. Karena seperti kata Ahok, Republik Indonesia memerlukan orang jujur sekarang.

Lalu, apa sih definisi jujur? Mari kita menyamakan persepsi dulu mengenai istilah “jujur”. Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, berkata apa adanya, tidak curang.

Saya ambil ilustrasi, di rumah istri masak semur jengkol,. Saya paling gak suka semur jengkol. Pulang dari University capek capek saya mau makan yang enak dan segar. Eh….ternyata ada semur jengkol yang saya benci setengah mati. Saya maunya jujur berkata apa adanya, saya tak suka semur jengkol. Atau akankah saya berbohong, demi istri tercinta?

Orang mengatakan skenario di atas adalah bohong yang putih. Tak apa lah. “Bonum commune”, atau untuk kebaikan bersama demi menyenangkan istri dan tidak memancing perkelahian di rumah. Anak dan istri happy. Biarpun saya tidak happy, dan saya tidak jujur, membohongi diri sendiri.

Mengartikan kata “jujur”  kalau “saya menjalankan apa yang saya pikirkan” adalah peng-arti-an yang terlalu sempit, bahkan bisa salah.

Saya mengutip tulisan seorang sahabat saya Bro Alex (Dr Alex Wijoyo), beliau seorang ahli fisafat, dalam diskusi tentang “kejujuran dalam berpolitik”, bersama dengan Romo Effendy Kusuma Sunur, seorang rohaniawan Katholik yang sedang mengambil PhD di Amerika.

“Kejujuran, keindahan, kebaikan, kebenaran” sering disebut segi empat transcendental, karena berada diluar kategorisasi yang biasa dibuat oleh manusia.

Saya tuliskan secara verbatim saja diskusi mereka, biar nggak salah. “……dalam Filsafat terkenal sebuah dictum….”Verum, Bonum, et Pulchrum convertuntur”…the truth, the good and the beautiful are convertible. Kita mendeskripsikan sebuah entitas dalam ‘kebenarannya’ , dalam ‘kebaikannya’ dan dalam ‘keindahannya’.

Kita mengatakan “Si Ahok jujur” (maaf, saya mengambil contoh Ahok, Gubernur DKI bukan karena saya kampanye untuk Ahok, saya tak kenal sedikitpun dengan Ahok. Ini karena kata Medsos Ahok jujur), karena Ahok menjalankan sesuatu (dalam hal ini amanahnya sebagai Gubernur) dengan benar dan baik.

Berdasarkan uraian di atas rumusan “jujur” adalah “melaksanakan sesuatu dengan baik dan benar”. Barangkali kalau memakai padan kata Bahasa Inggris lebih “nendang”, honesty, sincerity, truth-fulness.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline