Lihat ke Halaman Asli

Head to Head, Ahok Versus Adhyaksa Daud

Diperbarui: 2 Februari 2016   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Head to Head Ahok dan Adhyaksa Daud, Mana yang benar secara Statistik?

Aroma politik Pilkada DKI 2017 telah merebak. Silang pendapat Ahok, Gubernur Jakarta dan Adhyasksa Daud, mantan Menpora bersaut-sautan dipicu oleh hasil survey CSIS yang menempatkan elektabilitas Ahok 43.35 %.

Bagai mendapat peluru, Adhyaksa menganalisis hasil survey CSIS dan keluarlah komentarnya…”…..mayoritas masyarakat Jakarta tak kenal Ahok, karena 57% tidak memilih beliau…..”.

Nah, bukan Ahok kalau tidak membalas tembakan Adhyaksa. Dengan cara yang sama, Ahok pun mencuit….” Kasihan amat Adhyaksa, kalau begitu 96% rakyat Jakarta tak suka Adhyaksa…….. Adhyaksa kan mantan Menpora, jadi nggak ngerti Statistik.

Dikatakan tidak mengerti Statistik maka keluarlah tanduk Adhyaksa. “Jelek jelek gini gua doctor lho, doktor ilmu kelautan dan perikanan, banyak statistik –nya. Elu tau kagak”. Adhyaksa tambah gusar, sambil merasa terus terang bahwa dia jelek. Lalu mulailah Adhyaksa menjelaskan secara rinci dan runtut, bagaimana cara membaca survey. Saya copy paste saja pernyataan Adhyaksa secara verbatim dari www.detik.com "Bagaimana cara membaca survei yang benar. Tingkat popularitas Pak Ahok 100 persen, artinya dia sudah populer di Jakarta dong, semua orang Jakarta tahu Ahok. Ketika top of mind dia hanya dapat 43 persen berarti 57 persen tidak memilih beliau dong. Jadi jangan kebakaran jenggot, kecuali popularitas dia 50% seperti saya, saya juga bukan incumbent dan belum mendeklarasikan diri. Beda dong bos," jelas Adhyaksa.

Mari kita telaah satu persatu, pernyataan mana yang benar, pernyataan Ahok atau pernyataan Adhyaksa Daud.

Saya bukan ahli statistik. Saya hanya pemakai statistik. Disiplin ilmu saya menuntut saya banyak belajar statistik. Oleh karena itu analisis saya pun bisa saja salah.

Apa sih top of mind dalam survey? Top of mind dalam survey sebenarnya adalah sebuah sebuah konsep yang sederhana. Ambil contoh fastfood. Kalau kita ngomong tentang fastfood, maka otak kita akan berpikir tentang MacDonald. Mungkin hanya sedikit yang mengasosiakan bahwa fastfood adalah Burger King. Contoh ke dua, kalau kita ditanya tentang soft drink, kita akan berpikir pasti Coca Cola. Berapa persen yang akan bilang dan menjawab soft drink adalah Sprite? Ke dua contoh di atas adalah konsep tentang top of mind, yang dalam marketing disebut top of mind awareness atau TOMA.

Berbekal dengan konsep di atas, maka pertanyaan tersebut ditanyakan kepada penduduk Jakarta, siapakah Gubernur Jakarta pilihanmu, dan 43% yang ditanya menjawab Ahok, 4% menjawab Adhyaksa.

Disinilah masalahnya. Adhyaksa membuat simplifikasi bahwa karena 43% penduduk Jakarta memilih Ahok, dan Ahok petahana, maka 57% tak suka Ahok. Ahok tak mau kalah, dengan cara yang sama, karena yang memilih Adhyaksa 4%, maka 96% tak suka Adhyaksa.

Mengapa Adhyaksa marah? Saya pikir, Adhyaksa marah karena dia berpikir bahwa elektabilitas dia sebagai non petahana adalah 50%, yang artinya lebih tinggi 7% dari elektabilitas Ahok. Coba simak komentarnya….saya kutip lagi secara verbatim….” Jadi jangan kebakaran jenggot, kecuali popularitas dia 50% seperti saya, saya juga bukan incumbent dan belum mendeklarasikan diri. Beda dong bos”…..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline