AHOK LAGI ..... AHOK LAGI ....LAGILAGI AHOK
Tiap ngeklik kompasiana rubrik politik, berjejer artikel berjudul Ahok, dari judul singkat "Ahok Menohok" sampai judul lima koma ke atas "BPK Investigasi, KPK Menyidik, Ahok Bilang Ngaco, Haji Lulung Iris Kuping, Jokowi Serahkan Proses Hukum, Kompasiana Ribut Sendiri". Artikel pro Ahok dikonter oleh anti Ahok. Lovers dan haters berseliweran perang kata2 saling bully saling ejek saling mengincar kelemahan meskipun ada juga yang sok bijak.
Sebagai komentator yang selalu membela Ahok saya dibaptis sebagai AhokLover, Diehard Ahok, Pembela Ahok yg membabibuta bahkan ada yang menggelari menteri pertahanan Ahok. Fine-fine aja, rapopo. Ada haters Ahok yang begitu emosional kalau saya komentari sampai pikirannya kacau, tensinya 200, pulse jantungnya 160, napasnya senen-selasa-rabu-kamis, logikanya terbalik, nalarnya entah kemana sampai berkomentar: "berkali-kali saya menghajar dadanya (dia operasi plastik) tetapi yang kena plastiknya saja". Rupanya dalam benak si haters operasi plastik adalah menanam plastik ke dada. Dengan nalar yang sama, saat nonton opera sabun pasti dia nyari rinsonya dimana.
Ahok 2017 vs hok 2019
Wacana Ahok sarat nuansa pilgub 2017 dan pencalonannya melalui jalur independen. Setiap ucapan, sikap dan tindakan Ahok selalu dipolitisasi ke ranah pilgub DKI 2017. Pujian dan harapan agar Ahok kembali memenangkan pilgub, kecaman dan umpatan untuk mendegradasi Ahok agar gagal memenangkan pilgub. Beberapa hari belakangan ini akibat serangkaian peristiwa yang dimulai dari OTT KPK di reklamasi dan NGACO nya BPK, muncul beberapa tulisan yang mewacanakan Ahok sebagai presiden 2019.
Timbul euforia baru melihat "gagah berani"nya seorang Ahok menghajar BPK yang selama ini berperan sebagai "tangan tuhan", "untouchable". Mata terbuka, tidur lelap terbangunkan kita tersadarkan bahwa institusi terhormat ini ternyata dihuni orang-orang yang mungkin saja kotor. Tergagap-gagapnya pimpinan BPK berhadapan dengan transparansi Ahok plus terkuaknya panama papers dengan namanya sebagai pemilik perusahaan bodong memojokkannya sekaligus institusi yang dipimpinnya ke jurang yang hina. Responsnya adalah meluapnya dendam lama masyarakat pada akar-akar korupsi yang harus dicabut dari negeri ini, dan perlu seorang Ahok sebagai presiden untuk menjamin berlangsungnya hajat besar itu. Euforia yang dipicu oleh doa Ahok pada petinggi BPK agar berumur panjang dan masih menyaksikan Ahok menjadi presiden RI.
Kompasiana gaduh, Ahok 2019 menggantikan Ahok 2017, Ahok haters resah gundah gulana menyadari bahaya yang lebih dahsyat dari Ahok 2017. Peluru disiapkan, senjata laras panjang dikokang, cyber army dikerahkan serangan dimulai. Berita Ahok mendominasi Jokowi lenyap ditelan Ahok. Jokowi lovers ikut panik dan siaga satu menghadapi badai baru "Ahok 2019".
Ahok 2019 , NO WAY
Sayatidak setuju Ahok presiden 2019, bahkan sebagai wapres Jokowi 2019 pun saya menolak dengan keras.
CATET ... CATET ... CATET. Ahok harus gubernur DKI 2017 - 2022.
Apa yang istimewa dari Ahok? Berani, yes ... Jujur, yes .... Transparan, yes .... Anti korupsi, yes
Semua syarat jadi presiden ada pada Ahok, lalu mengapa bukan Ahok 2019? Bukankah Lebih cepat lebih baik?
Apakah karena faktor primordial? No. Faktor Kasar, emosional? No. no .. no ..no
Sadarkah anda perubahan di Jakarta yang senyap tapi nyata adalah mulai berfungsinya birokrasi yang bersih, birokrasi yang transparan, birokrasi yang melayani? Ingatkah kita mengapa Ahok memilih Heru sebagai Wakilnya di kontestasi 2017?
Yes, Ahok sedang menggodok ribuan orang muda sebagai pelayan masyarakat yang bersih, transparan, antikorupsi, insyaallah ... berani dan santun. Birokrat model lama berubah menjadi birokrat new era, perlu waktu agar sukses. Butuh kawah candradimuka sebagai tempat menggodok birokrat tangguh masa depan. Tempatnya di DKI Jakarta, waktunya sampai tahun 2022.