Jokowi dan Ahok
Prestasi real Jokowi-Ahok sebagai pasangan gubernur-wagub di DKI belum terlalu jelas saat Jokowi menjadi Presiden, terlalu singkat waktu yang ada namun baik Jokowi maupun Ahok menurut saya putra-putra terbaik bangsa. Jokowi bercitarasa "kita" dan Ahok berperan "pengawal".
Saat Jokowi blusukan, Ahok mengawal balaikota. Saat Jokowi membuat waduk, Ahok menghadapi komnas HAM, saat Jokowi membersihkan tanah Abang, Ahok bertempur dengan kawanan preman. Good Cop Bad Cop.
Jokowi bukan Ahok
Setelah Jokowi hijrah ke istana dan Ahok DKI-1, tampaklah dengan jelas bagaimana berbedanya Jokowi dengan Ahok.
Kalau Jokowi groundbreaking monorel, Ahok tanpa banyak cingcong membatalkannya. Kalau Jokowi gemar mengundang penduduk di RTH makan siang berkali-kali dan berdialog, Ahok memilih sosialisasi dengan cara mengirim Surat Pemberitahuan diikuti dengan Surat Peringatan dengan backup TNI-Polri. Kalau Jokowi mengganti birokrat dengan lelang jabatan dan lambat mengganti bawahannya, Ahok lebih lugas main pecat. Kalau Jokowi tiap hari blusukan, Ahok hanya menghadiri undangan perkawinan. Kalau Jokowi masuk gorong2 mencari penyebab banjir, Ahok cukup menuduh ada sabotase dan petugas tataair sampai pasukan katak yang masuk gorong-gorong. Kalau Jokowi blusukan dengan celana hitam baju putih sepatu kets, Ahok berkeliaran lebih perlente kemana-mana. Kalau Jokowi tidak suka berpidato dan suka bagi sepeda dan bukutulis Ahok pidato dimana-mana tanpa iseng2 berhadiah.
Jokowi versus Ahok
Akhir-akhir ini di Kompasiana tampak perbedaan yang tajam antara kompasianer dalam menyikapi Ahok. Mirip di 2012 dan pilpres 2014 ada lovers dan haters, tentu saja sebagai orang yang suka heboh saya memilih sebagai Lover Ahok, bukan apa2, meskipun tidak suka Ahok tetapi menjadi Ahok haters tanpa punya idola agak kurang waras menurut saya.
Sebagai Ahok lovers wajib hukumnya memancing emosi calon kompetitor Ahok. Saat Ridwan Kamil marak, saya mengejek Ridwan Kamil begitupun saat bu Risma dijagokan saya membully bu Risma meskipun saya lebih suka bu Risma daripada Ahok. Sudah memilih sebagai Ahok lovers saya pantang berbalik ke bu Risma.
Saya mengamati umumnya kompasianer Ahok Lovers juga adalah Jokowi Lovers kecuali rekan Mawalu yang dulunya pro Prabowo namun sekarang pro Ahok. Ternyata cukup banyak Ahok haters yang justru Jokowi lovers. Khusus golongan ini sampai kemarin saya belum 'ngeh' apa penyebabnya.
Flashback Ahok
Sejak Ahok gubernur, sangat terasa perbedaan Jakarta, meskipun bukan penduduk Jakarta tiap bulan saya rutin ke Jakarta. Kebersihan sungai, waduk, taman, saluran air tampak nyata. Orang Jakarta di kantor client saya juga memuji pelayanan dari tingkat RW sampai kelurahan kecamatan, banjir jangan ditanya lagi semua memuji. Pembersihan area dari penghuni liar, bahu jalan dari PKL sudah terjadi dimana-mana menurut sopir perusahaan yang mengantar saya kemana-mana. Bahkan menurutnya banyak kawasan pinggiran yang dulunya macet sekarang sudah lebih lancar.
Puncaknya adalah hasil survei Charta Politica yang mengejutkan: Tingkat kepuasan pada Ahok-Djarot 82,8% yang lebih tinggi dari Jokowi-Ahok yang 75% bahkan lebih tinggi dari Risma yang punya penghargaan seabrek.
JONGOS Gunawan dan kawanan si Benyu (JLAH)
Meskipun dalam artikelnya Gunawan sudah memberi tanda petik dan penjelasan jongos yang dimaksudnya, dan tokoh yang dijongoskan olehnya adalah Yusril, Jokowilovers yang Ahokhaters (JLAH) sangat sensitif dan bereaksi emosional bahkan ada yang terkesan menjadi Yusrillovers. Ternyata JLAH lebih membela Yusril daripada Ahok. Artikel sibenyu memberi gambaran.