Lihat ke Halaman Asli

Guru Pertamaku

Diperbarui: 23 September 2022   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah merupakan tempat yang dipenuhi dengan guru-guru. Orang-orang mengatakan bahwa pendidikan banyak mereka terima dari tempat tersebut. Tetapi saya masih belum bisa melupakan bahwa orang pertama yang mengajarkan ku adalah orang tuaku. Merekalah guru pertamaku.

Guru pertamaku memang tidak terlihat sering mengajarku. Tetapi dibalik layar merekalah yang mendidikku hingga diriku bisa seperti sekarang. Mereka selalu siap membantuku untuk menjadi orang sukses. Disaat diriku kesulitan mengerjakan suatu pekerjaan rumah, mereka siap untuk mendidikku.

Pada saat kelahiran saya merekalah orang pertama yang mendidikku bagaimana untuk berbicara. Mendidikku secara perlahan-lahan, dan menunggu dengan sabar. Perlahan-lahan diriku belajar, mulai memahami apa yang orang tuaku sampaikan. Mulai dari huruf-huruf alfabet yang banyak itu, perlahan-lahan saya mulai tau bagaimana cara penyebutannya.

Waktu terus berjalan, hingga aku beranjak ke tingkat sekolah dasar. Disaat itulah saya menemukan banyak sekali kebingungan. Pekerjaan-pekerjaan rumah yang saya susah pahami cara pengerjaannya. Pekerjaan rumah tersebut salah satunya adalah matematika. Meskipun sudah diajarkan oleh guru saya tetapi pekerjaan rumah ini terkadang tidak ada yang sama seperti apa yang diajarkan pada sekolah.

Saya pada saat itu kebingungan bagaimana cara mengerjakan pekerjaan rumah tersebut. Tanpa berpikir panjang saya langsung menghampiri ibu saya untuk minta dibantu mengerjakan pekerjaan rumah tersebut.

Ibu membantu saya dengan perlahan-lahan dan dengan jelas. Rumus demi rumus ia sampaikan pada saya. Hingga akhirnya saya bisa mengerti bagaimana cara mengerjakannya, dan bisa mengerjakan soal yang setipe dengan soal yang saya kesulitan. Akhirnya saya bisa menuntaskan pekerjaan-pekerjaan rumah saya dengan baik.

Bertahun-tahun lamanya selama jenjang sekolah dasar tersebut banyak sekali pekerjaan rumah yang membuat saya bingung. Tetapi ibu bahkan terkadang ayah saya membantu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tersebut. Sepertinya tidak ada satupun pekerjaan rumah yang bisa menghalangiku dan juga orang tuaku.

Tetapi pada kelas lima lah hal-hal sulit mulai berdatangan. Pada saat itu matematika merupakan pelajaran yang saya cukup takuti, karena mungkin rumus-rumusnya bertambah banyak. Dan benar saja hal itu benar-benar terjadi, banyak topik matematika baru yang membingungkan saya. Matematika memang sudah menjadi hal yang selalu membuat saya bingung selama saya belajar di SD. Pekerjaan rumah yang terkadang memiliki jenis baru yang belum dibahas dengan gurunya.

Setiap ada pekerjaan rumah baru saya mencoba untuk mengerjakan soal-soal yang saya bisa terlebih dahulu. Tetapi saat saya sampai pada soal yang sulit, saya meminta orang tua saya untuk bantu mengajarkan bagaimana penyelesaian dari soal tersebut.

Tetapi sempat pernah dimana saya diberikan pekerjaan rumah yang soalnya dipenuhi dengan soal-soal yang saya kurang mengerti. Saya sudah mencoba untuk mengerjakan soal tersebut tetapi hanya beberapa soal saja yang saya mengerti. Mungkin saya bisa mengatakan sekitar seperempat soal saja yang saya mengerti. Sisanya merupakan soal-soal yang sulit. Jadi selama satu malam tersebut saya bolak-balik bertanya pada ibu saya bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut.

Meskipun pada akhirnya ada beberapa soal yang tidak dikerjakan karena saya dan ibu tidak mengerti cara mengerjakannya, tetapi saya sudah senang karena ibu saya mau mengajarkan saya meskipun soal-soalnya banyak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline