Lihat ke Halaman Asli

Joshua

SMA Kanisius

Gula, Si Manis nan Mematikan

Diperbarui: 1 Agustus 2024   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : https://www.medicalnewstoday.com

Keberadaan gula dalam makanan dan minuman komersial sudah menjadi hal yang biasa. Mayoritas minuman yang kita temui di supermarket, toko serba ada, dan toko-toko menjual minuman dengan pemanis. Hal itu sebanding dengan tingginya tingkat konsumsi minuman berpemanis di kalangan masyarakat. Indonesia menduduki peringkat ke-3 di Asia Tenggara dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter/orang/tahun. 

Dalam artikel bertajuk The Toxic Truth About Sugar, mengkonsumsi gula dalam jumlah berlebih bisa menjadi pembunuh kejam, pelan tapi pasti. Tingginya konsumsi minuman berpemanis berkontribusi pada tingginya angka kematian, obesitas, dan penderita diabetes di Indonesia. Diabetes, yang dulunya dikenal sebagai penyakit orang dewasa, kini merasuk juga pada anak-anak dan remaja.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya konsumsi minuman berpemanis. Faktor pertama adalah lemahnya sistem regulasi yang mengatur tentang penjualan minuman berpemanis. Dalam UUD 1945 atau peraturan kementerian, tidak ada definisi standar minuman berpemanis. Faktor kedua adalah terjangkaunya harga minuman manis di Indonesia. Faktor terakhir adalah tingginya promosi minuman berpemanis di media sosial. Sifat gula dikatakan sama seperti "racun" sehingga pemerintah harus mengambil tindakan untuk membatasi konsumsinya. Keberadaan gula bisa membuat kecanduan bahkan kematian, sama seperti rokok, alkohol, dan narkoba. 

Apakah Gula Berbahaya?

Pada dasarnya, gula terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran dan bahan-bahan organik pada tingkat yang berbeda-beda. Dalam ilmu pengetahuan, gula dibedakan menjadi 3, yakni monosakarida (satu molekul gula), disakarida (dua molekul gula), dan polisakarida. 

Monosakarida dan disakarida adalah molekul gula yang mudah dicerna karena bentuknya sederhana. Sedangkan, polisakarida membutuhkan proses lebih lanjut untuk memecah molekul gula menjadi lebih sederhana.

Tubuh memiliki sistem tersendiri untuk mengatur kadar gula dalam darah. Apabila kadar gula di dalam darah sangat tinggi, tubuh akan memproduksi hormon insulin untuk mengubah glukosa menjadi glikogen. Glikogen yang dihasilkan kemudian di simpan di dalam otot dan hati sebagai cadangan. Apabila tubuh memerlukan gula, maka tubuh akan memproduksi hormon glukagon yang berfungsi untuk memecah glikogen menjadi glukosa kembali.

Kedua hormon tersebut diproduksi oleh organ pankreas. Apabila kadar gula dalam darah selalu tinggi, maka pankreas akan "dipaksa" untuk bekerja lebih keras. Hal ini memungkinkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin. 

Kadar glukosa yang tetap tinggi membuat penderita diabetes memiliki risiko tinggi mengalami luka terbuka yang sulit sembuh. Hal itu bisa memicu terjadinya infeksi dan diperlukan operasi medis untuk menyembuhkannya. Tidak jarang kita mendengar bahwa pasien diabetes yang sudah parah mendapat amputasi untuk mencegah infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Pemerintah Mengambil Tindakan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline