Lihat ke Halaman Asli

Joshua Nathanaelle M

Universitas Airlangga

Peraturan Sekolah tentang Rambut Seharusnya di Hapuskan

Diperbarui: 21 Desember 2024   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di banyak sekolah di Indonesia, peraturan tentang penataan rambut siswa masih dianggap sebagai bagian dari aturan dasar yang tidak boleh dilanggar. Peraturan ini sering kali menuntut siswa untuk memiliki rambut yang rapi, pendek, atau bahkan melarang rambut gondrong. Namun, di era yang semakin terbuka dan progresif ini, peraturan tersebut sudah mulai dirasa tidak relevan. Peraturan sekolah tentang rambut seharusnya dihapuskan, karena telah terbukti tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap pembentukan karakter dan lebih banyak mengekang kebebasan individu siswa.

Pertama, peraturan rambut tidak seharusnya menjadi tolok ukur untuk menilai kedisiplinan dan karakter siswa. Sejarah larangan rambut gondrong di sekolah sebenarnya berakar dari norma sosial dan pandangan konservatif terhadap penampilan. Namun, rambut seseorang tidak berhubungan langsung dengan nilai-nilai moral atau perilaku. Dalam konteks zaman sekarang, pandangan tersebut sudah tidak relevan lagi. Gen Z, yang tumbuh dengan kebebasan berekspresi, lebih memprioritaskan pengembangan diri yang lebih substansial, seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif, dibandingkan dengan penampilan fisik semata.

Kedua, peraturan semacam ini justru dapat menciptakan kesan otoriter dan membatasi kreativitas siswa. Mengapa seorang siswa harus dipaksa untuk mencukur rambutnya, sementara ide dan pemikirannya bisa jauh lebih penting dalam proses pendidikan? Disebutkan bahwa peraturan rambut ini sering kali dipaksakan tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan budaya yang ada. Banyak siswa merasa bahwa mereka tidak bisa mengekspresikan diri dengan cara yang mereka inginkan, hanya karena mengikuti aturan yang terlalu kaku dan tidak fleksibel. Hal ini bisa membuat siswa merasa tidak dihargai dan menumbuhkan rasa ketidakpuasan yang berujung pada perlawanan terhadap aturan tersebut.

Selain itu, peraturan mengenai rambut yang mengharuskan siswa untuk tampil seragam dan sesuai dengan standar tertentu juga cenderung tidak sesuai dengan prinsip inklusivitas yang seharusnya diusung oleh lembaga pendidikan. Di era globalisasi ini, perbedaan budaya, latar belakang sosial, dan nilai-nilai pribadi harusnya dihargai dan dihormati. Mengharuskan siswa untuk mengikuti standar yang ditentukan tanpa memberi ruang bagi keberagaman akan menciptakan perasaan terpinggirkan bagi mereka yang memiliki latar belakang atau pandangan yang berbeda. Sebagaimana yang dijelaskan dalam artikel Isolapos, rambut hanyalah bentuk ekspresi diri yang tidak perlu dibatasi oleh aturan yang kaku.

Lebih jauh lagi, dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, guru dan sekolah seharusnya fokus pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan siswa. Peraturan yang terlalu menekankan pada keseragaman justru menghambat kemampuan siswa untuk berpikir independen dan kreatif. Gen Z, sebagai generasi yang memiliki pandangan yang lebih progresif dan terbuka terhadap perubahan, lebih cenderung menghargai nilai-nilai inklusivitas, kreativitas, dan kebebasan berekspresi. Peraturan tentang rambut yang terlalu ketat jelas tidak mencerminkan nilai-nilai tersebut.

Pada akhirnya, peraturan sekolah tentang rambut yang terlalu mengekang harus segera dihapuskan. Pendidikan seharusnya mengedepankan pengembangan karakter, keterampilan, dan pengetahuan siswa, bukan sekadar penampilan fisik yang bersifat sementara. Sudah saatnya kita menghargai keberagaman dan memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang positif dan konstruktif. Masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya kebebasan individu, dan sekolah harus menjadi tempat yang mengajarkan nilai-nilai ini, bukan tempat yang membatasi dan mengekang potensi kreatif siswa hanya karena penampilan fisik semata.

Referensi

1. https://www.cangkeman.net/2022/08/kenapa-ada-larangan-berambut-gondrong.html
2. https://sahabatguru.com/apakah-guru-masih-harus-mencukur-rambut-siswanya-yang-panjang
3. https://www.vice.com/id/article/aturan-sekolah-soal-rambut-seragam-dan-sepatu-sudah-tidak-relevan-bagi-gen-z/
4. https://isolapos.com/2017/05/apa-peduli-negara-dengan-rambut-gondrong/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline