Lihat ke Halaman Asli

Joshua Michael Ahuluheluw

Psikolog Klinis | Life Coach | Grafolog

Stress Tidak Selamanya Negatif Lho!

Diperbarui: 26 Desember 2022   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari distress vs eustress (Sumber : https://blogs.svvsd.org/)

Apakah Anda termasuk orang yang seringkali menyerukan kata “duh, stress aku!” ketika merasa tertekan?

Biasanya kita akan dengan cepat mengkaitkan stress dengan suasana hati yang negatif. Tidak sepenuhnya salah, memang nyatanya demikian. Namun tahukah Anda bila stress itu tidak hanya bersifat negative?

Berdasarkan berbagai penelitian, stress dapat dibagi menjadi dua kategori besar (Gillette, 2021) :

  • Distress : kondisi dimana kita merasa tertekan yang biasanya sifatnya negatif. Hal ini memicu rasa kesal, amarah, benci dan berbagai emosi negatif lainnya.
  • Eustress : kondisi dimana kita merasa tertekan namun justru membuat kita tertantang. Adanya stress ini membuat kita menjadi lebih bersemangat hingga termotivasi untuk menyelesaikan tantangan tersebut.

Lebih lanjut, terjadi perbedaan mendasar dari kedua bentuk stress ini. Jika kita tinjau lebih lanjut hadirnya “stress” memberikan dampak psikologis seperti berikut (Cunff, 2020) :

Dokpri

Banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi tingkat stress kita, namun seringkali muncul dikarenakan cara kita merespon atau bereaksi atas hal-hal yang ada di luar kendali kita (nah untuk hal ini akan saya bahas di artikel selanjutnya ya). Secara internal, hal yang menyebabkan stress kita menjadi lebih besar antara lain :

  • Rasa Takut; sebagai contoh takut akan ketinggian, takut bicara di depan umum, takut bertemu orang baru
  • Repetitive Negative Thought (RNT); merupakan pikiran negatif berulang yang berputar tiada henti di kepala
  • Khawatir akan masa depan; contohnya khawatir bila perusahaan tempat Anda bekerja akan melakukan efisiensi tenaga kerja (padahal tahu bahwa kinerja Anda tetap baik hingga saat ini).
  • Menetapkan standar berlebih (perfeksionis); sehingga membuat Anda menunda pekerjaan karena cemas bila hasil pekerjaan tidak sesuai standar “tinggi dan tidak realistik” yang Anda buat sendiri.

Kendati demikian, hadirnya stress yang berkepanjangan (terutama distress) dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan fisik kita. Dampak yang diberikan pun tidak main-main, bisa sampai membahayakan keselamatan jiwa kita.

Mungkin Anda bertanya-tanya, apa saja ya tanda ketika Anda mengalami stress? Coba perhatikan beberapa reaksi tubuh yang Anda alami (Gillette, 2021; Marks, 2021; Scott, 2022) :

  • Berkaitan dengan kondisi psikologis : seperti susah berkonsentrasi, sering merasa khawatir, cemas, mengalami kesulitan untuk mengingat sesuatu, kecemasan, depresi hingga gangguan kepribadian.
  • Berkaitan dengan kondisi emosional : seperti mudah tersinggung, marah, suasana hati mudah naik-turun (moody), hingga frustrasi.
  • Berkaitan dengan kondisi fisik : seperti tekanan darah meningkat, penambahan/pengurangan berat badan, sering mengalami pusing / demam bahkan infeksi kulit (peradangan), GERD (asam lambung meningkat drastis) hingga penurunan gairah seksual.
  • Berkaitan dengan kondisi perilaku : rendahnya kemauan untuk merawat diri sendiri (poor self-care), tidak memiliki waktu untuk menikmati hobi, bahkan menggunakan zat-zat tertentu untuk bisa menurunkan rasa stress (merokok, minuman keras, obat-obatan terlarang).

Stress itu WAJAR dialami oleh siapa pun. Stress juga tidak bisa dihindari sehingga kita harus bisa mempersiapkan diri akan datangnya sumber stress. Jadi jangan berharap kita hidup tanpa stress ya.

Semoga artikel ini bermanfaat, sehat dan sukses selalu untuk kita semua!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline