Lihat ke Halaman Asli

Joshua

Akun arsip

Suka Duka Mereportase SEA Games XXVI 2011

Diperbarui: 6 Januari 2016   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

SEA Games ke-26 tahun 2011 baru saja secara resmi ditutup oleh Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Boediono, dalam upacara penutupan SEA Games di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang. Dalam kesempatan tersebut, dua media televisi, MNC group dan TVRI secara resmi menjadi penyiar rangkaian acara SEA Games yang berlangsung di dua kota sekaligus, Jakarta dan Palembang.

Tanpa sengaja saya melihat logo "Kompas Gramedia Production" dengan indah menutup rangkaian siaran langsung upacara penutupan SEA Games dari layar TVRI. Hal ini tentu mengingatkan saya kepada Kompasiana, media sosial yang bernaung di bawah Kelompok Kompas Gramedia; yang juga memberi warna dalam penyelenggaraan SEA Games melalui pelibatan warga yang ikut mewarta secara aktif SEA Games tahun ini.

Dari pengamatan saya sebagai anggota Kompasiana, antusiasme anggota Kompasiana yang berjumlah lebih dari 90.000 orang sungguh teramat besar. Jumlah yang cukup besar hingga memenuhi seluruh Stadion Gelora Bung Karno. Bahkan, enam terbaik dari Kompasiana ditunjuk secara resmi oleh Indosat untuk mendapat hak eksklusif meliput kemeriahan pekan pertandingan 43 cabang olahraga dari berbagai perspektif,  gegap gempita semangat pendukung kontingen Indonesia, hingga yang tak kalah meriah--pertandingan sepakbola di Jakarta.

Adalah Septi Putri dan Uli Hartati yang berkesempatan menyaksikan pembukaan, pertandingan, dan penutupan SEA Games langsung dari pusat konsentrasinya: Palembang. Septi merupakan fresh graduate yang tinggal berdomisili di kota yang dibelah Sungai Musi tersebut, sementara Uli hanya menetap sementara waktu. Mereka berdua sukses menyanding dua reportase seputar pembukaan SEA Games di kolom Headline Kompasiana.

Dian Kelana--fotografer profesional yang khas dengan reportase fotonya, merangkum sisi demi sisi SEA Games dalam rangkaian gambar-gambar tidak bergerak (still images). Dari bulutangkis hingga sepakbola, semuanya mampu Dian Kelana taklukkan menjadi gambar-gambar berjuta cerita dan warna. Reportase fotonya selalu ditunggu Kompasianer setia. Di mata saya, Dian Kelana adalah versi Kompasiana dari fotografer senior Harian Kompas yang kini memandu program "Klik! Arbain Rambey" di program layar kaca Kompas, Arbain Rambey--meskipun tidak banyak yang menyebut demikian.

Begitu juga dengan Choirul Huda, sahabat dekat saya yang juga seorang mahasiswa. Menulis merupakan bagian dari kesehariannya. Ia juga pengagum Kompasiana dan penggiat media sosial yang aktif. Penuh semangat, energik, juga berani merupakan kepribadian menulisnya. Artikelnya bercerita tentang keceriaan SEA Games, lengkap dengan foto-foto amatir hasil bidikannya sendiri dengan kamera digital.

Kegigihan dan kerja keras terpancar dari reportase Yusep Hendarsyah. Meski ia mengaku baru kehilangan laptop sebagai ujung tombak reportase, ia tak lantas diam dan menyerah. Dengan ponsel pintar berbasis Android kepunyaannya, Yusep mengupas kemeriahan SEA Games dari perspektif audiensi (kepemirsaan) yang aktual dan mendalam. Tak sedikit gambar yang diabadikannya dibagikan melalui Facebook.

Sebuah sukacita dan kebanggan yang luar biasa bagi saya dan rekan-rekan "Kompasianers for SEA Games 2011", dimana tanda pengenal (ID card) SEA Games 2011 sebagai kunci utama memasuki arena, terurai indah dari pundak dan memampang jelas wajah dan nama kami. Tak mampu diungkapkan dengan kata-kata, betapa terhormat para jurnalis warga yang bisa duduk bersanding dengan awak media di meja yang sama.

Tidak hanya itu, berita-berita yang kami dedikasikan juga diukur aktualisasi serta komprehensinya oleh Edu Krisnadefa, wartawan olahraga dan redaktur pelaksana salah satu harian olahraga yang terbit berskala nasional. Dalam komentarnya, berita kami soal sepakbola SEA Games dianggap "mendahului" awak media lain. Tentunya ini merupakan nilai tambah yang membuat saya dan rekan-rekan terus berpacu menekuni dunia kepenulisan dalam keahlian masing-masing.

Kami turut berbangga karena selain terpampang di Kompasiana, artikel-artikel kami juga tayang di situs DukungIndonesia.com. Pemberitaan kami berdampak luas, dan mencakup puluhan ribu pembaca setiap hari. Bekerja sebagai satu tim di bawah koordinasi Hazmi Srondol juga membuat kami makin solid dan semakin gigih di lapangan.

Duka yang kami rasakan teramat mendalam saat mengetahui ada 2 pendukung timnas Indonesia yang meninggal dunia, Senin (21/11) malam kemarin, di Gelora Bung Karno. Kami berlima (Hazmi Srondol, Choirul, Dian, Yusep, dan saya) yang ada di tribun media, beserta para pekerja media yang duduk di sekitar kami, berprihatin sambil menikmati kemeriahan gemuruh dukung Indonesia dari seluruh penjuru stadion. Kedua calon penonton tersebut meninggal saat tengah berdesakan dengan penonton lain yang mencoba masuk areal stadion, dan celakanya--saat akan dievakuasi, kunci ambulans yang akan membawa kedua jenazah didapati hilang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline