Mungkin Pembaca bingung apa maksud dari perkataan diatas, apalagi ditengah tengah pandemi Covid 19 yang begitu menghantam sektor perekonomian. Bagaimana mungkin kita masih harus menahan kebaikan dimana itu merupakan salah satu kodrat manusia? Tapi sebenarnya itu perlu. Berikut adalah beberapa alasan yang penulis pandang penting sebagai bahan pemikiran.
1. Kebaikan itu menjadi sesuatu yang biasa.
Tidak selamanya kita harus tergerak untuk membantu. Sifat bantuan kita harus lah terukur. Membantu melebihi takaran yang kita berikan akan mengakibatkan penerima bantuan akan menjadi merasa bahwa dia layak untuk dibantu dan sudah sewajarnya kita harus membantu. Padahal bantuan itu sangatlah indah bila penerima bantuan sangat menghargai bantuan yang kita berikan.
2. Kebaikan bisa membuat orang lain menjadi malas
Ingat bahwa bantuan itu haruslah diberikan pada saat yang tepat dan tempat yang tepat. Ingat pepatah tentang menolong anak ayam keluar dari cangkang? Ketika kita berbelaskasihan menolong anak ayam agar bisa keluar dari cangkangnya ketika sudah waktunya untuk menetas, dengan sendirinya kita membuat anak ayam tersebut menjadi kehilangan hasratnya untuk keluar. Secara tidak langsung juga kita membuat anak ayam tersebut kehilangan kekuatannya.
3. Kebaikan bisa menjadi pedang bermata dua
Sebagai umat beragama, tentu kita sangat senang sekali apabila kita bisa membantu orang lain, terutama itu menjadi pahala buat kita.Tapi tanpa disadari adalah bahwa karena terlalu sering kita membantu mengakibatkan kita lupa membantu diri kita sendiri.
Ada kalanya kita harus pelit kepada orang lain dan mengutamakan diri kita sendiri. Ingat bahwa lebih enak memberi bantuan ketika diri kita sendiri sudah merasa cukup. Lebih baik cukupkan diri sendiri dulu baru mencukupkan kebutuhan orang lain.
Jadi dari berbagai pemikiran diatas, tidak ada salahnya kita memikir2 kembali bantuan kita, terlebih sifat manusia pada umumnya adalah lebih suka menerima daripada memberi. Ingatlah bahwa kebaikan yang kita tabur apabila tidak dimasa yang tepat dan di tempat yang tepat malah akan menjadi mubazir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H