Sebuah era telah berganti, era kehidupan di dunia maya atau media sosial telah menjadi suatu gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan di kehidupan masyarakat masa kini. Dari kecil hingga dewasa, tua muda, cowok atau cewek, tanpa mengenal batasan apapun dapat mengakses media sosial. Pada dasarnya, kebanyakan pengguna media sosial memiliki beberapa alasan, mulai dari ingin eksis bersama teman-teman, sampai menggali banyak informasi, dukungan, atau sekedar mencurahkan pendapat. Begitu mudahnya suatu informasi tersebar di internet dan menjadi viral di kalangan netizen dan masyarakat umum menjadi salah satu daya tarik media sosial.
Namun, ternyata terbukanya era baru ini menimbulkan suatu tantangan baru bagi persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Media sosial yang sejatinya sangat berguna jika digunakan untuk memberi pengetahuan yang positif, di sisi lain dapat menjadi senjata ampuh bagi para oknum tak bertanggung jawab untuk memecah belah bangsa, menimbulkan perselisihan, perdebatan tak berarti, hingga keluarnya kata-kata kasar satu sama lain.
Kita semua tahu bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, berbagai orang dari latar belakang suku, ras, agama, golongan yang berbeda hidup berdampingan satu sama lain. Negara luar terutama Eropa bahkan begitu kagum dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang memiliki 6 agama yang diakui dan mampu hidup bersamaan secara rukun. Tetapi, akhir-akhir ini seringkali persatuan itu diusik oleh campaign-campaign negatif di media sosial.
Netizen mudah sekali terprovokasi oleh akun-akun palsu yang berbicara negatif tentang agama lain, perdebatan pun terjadi satu sama lain, menginginkan keyakinannya diakui sebagai yang paling benar, kemudian merendahkan agama lain. Bahkan, kata-kata kotor pun terlontar begitu mudahnya, mereka seakan lupa bahwa agama adalah hak asasi manusia yang dapat dimiliki secara bebas oleh setiap orang dan urusan pribadi setiap individu dengan Tuhan Yang Maha Esa. Yang terlebih memilukan lagi, mereka semua lupa bahwa mereka adalah satu bangsa dan tanah air, sama-sama rakyat Indonesia.
Karenanya, mengakses media sosial juga diperlukan kecerdasan dan sikap positif. Kita sebagai netizen harus cerdas dalam mengolah setiap provokasi dari akun-akun penebar kebencian, jangan mudah terpancing. Di beberapa akun di Facebook, banyak sekali halaman-halaman yang menyuarakan kebencian terhadap agama lain agar halamannya dikomentari banyak orang yang berdebat dan halaman itu menjadi laris pengunjung.
Halaman ini kemudian dapat dijual dengan harga cukup tinggi karena memiliki banyak pengunjung dan like. Ini membuktikan sikap mudah terprovokasi dan terpancing emosi kebanyakan masyarakat Indonesia ternyata juga telah dimanfaatkan oknum-oknum pencari keuntungan. Tak heran juga banyak akun pengemis like dengan biasanya membumbui post nya dengan embel-embel "Like jika anda ingin masuk surga, abaikan= neraka" dsb.
Lalu, apa yang dapat kita lakukan sekarang? Marilah menjadi pengguna medsos yang cerdas. Jika anda menjumpai akun-akun penebar kebencian, cukup laporkan/report halaman tersebut. Jangan menyebarkan/share berita yang belum tentu kebenarannya dan menyudutkan para penganut agama lain.
Pergunakanlah medsos untuk menyebarkan informasi penting, inovatif, dan kreatif. Selain itu, sadarilah bahwa agama adalah hak pribadi setiap manusia, stop mengurusi keyakinan orang lain. Marilah belajar dari masyarakat bangsa-bangsa maju di negara barat, disaat bangsa ini masih ribut mengurusi keyakinan orang lain, bangsa barat telah melakukan berbagai inovasi inovasi baru yang canggih dan berguna bagi masyarakat dunia.
Terakhir, ingatlah bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hanya diperjuangkan oleh suatu kelompok agama tertentu. Seluruh masyarakat bersatu pada saat itu tanpa mempedulikan latar belakang agama untuk mencapai kemerdekaan. Indonesia bukanlah negara agama, dam Persatuan Indonesia adalah yang utama dan terutama, apapun agama anda, kita semua adalah orang Indonesia.
"Bahwa perbedaan tidak hanya merupakan pilihan, tetapi juga keadaan yang diciptakan Tuhan. Bukan urusan kita membuat seisi bumi menjadi seragam" - Pandji Pragiwaksono
"Apapun agama, suku, etnis, dan asal daerahnya, kita satu Bangsa Indonesia." - Susilo Bambang Yudhoyono