Lihat ke Halaman Asli

MOS Bisa Bangun Mental Siswa, Benarkah?

Diperbarui: 28 Februari 2016   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu mendengar kata “MOS” rasanya horor sekali bagi beberapa calon siswa saat ini. Hal ini timbul karena seringkali MOS mengarah ke sesuatu yang negatif, seperti bullying. Sebenarnya apakah MOS itu? Dan pentingkah Masa Orientasi tersebut? Apakah memang berpengaruh bagi siswa untuk ke depannya?

Masa Orientasi Siswa atau yang sering kita singkat dengan MOS merupakan sebuah kegiatan pra sekolah yang bertujuan memperkenalkan siswa pada sekolah barunya. Entah tentang sejarah sekolah, motto sekolah, visi misi, mars, dan ekstrakulikuler.

Sebelum membahas lebih jauh tentang Masa Orientasi Siswa (MOS), ada baiknya kita melihat dahulu apa fungsi diadakannya MOS. Berikut beberapa Fungsi Masa Orientasi Siswa :

  1. Memperkenalkan siswa pada area gedung sekolahnya serta warga sekolah (guru, karyawan, dll).
  2. Memperkenalkan serta menegaskan siswa pada aturan dan norma yang berlaku di sekolah.
  3. Memperkenalkan visi dan misi sekolah.
  4. Mengarahkan siswa untuk dapat memilih ekstrakulikuler yang diminati.
  5. Memperkenalkan siswa pada budaya-budaya yang ada di sekolah. Seperti ciri khas siswa, ketepatan waktu, saling membantu, rajin sosialisasi, dll.
  6. Mendidik siswa menjadi pribadi yang lebih unggul supaya dapat berdinamika dengan baik di sekolah.

Jika dilihat dari Fungsi Masa Orientasi Siswa sendiri, MOS cukup membantu siswa baru dalam beradaptasi dengan lingkungan pendidikan barunya. Dengan kata lain, dalam MOS sudah ada arahan yang membantu siswa beradaptasi dengan cepat. Tetapi terkadang perlakuan dalam MOS inilah yang menjadikan masalah bagi banyak orang, sampai-sampai saat ini, MOS dilarang oleh Menteri Pendidikan Nasional. Karena faktanya, MOS justru digunakan sebagai ajang balas dendam oleh kakak kelas. Entah adik kelasnya disuruh menggunakan pakaian serba aneh dan memalukan, lalu dibentak-bentak dan disuruh lari-lari seharian. Bahkan juga ada yang melakukan kekerasan fisik, sehingga tak perlu kaget jika ada yang sampai masuk rumah sakit.

Mari coba kita lihat, apa saja dampak negatif yang terjadi dalam MOS. Berikut dampak negatif dari MOS saat ini :

  1. Menciptakan dendam dan permusuhan antara adik kelas dengan kakak kelas.
  2. Membuat orang tua repot ikut membantu siswa.
  3. Membuat mental siswa down dan trauma terhadap kakak kelas.
  4. Dalam MOS seringkali terjadi bullying secara fisik, sehingga bisa saja menyebabkan sekolah mendapatkan sanksi dari Dinas Pendidikan.

Dampak negatif diatas tidak selalu terjadi, tetapi mayoritas merasakan hal tersebut. Setelah MOS tetap saja siswa tidak bisa berdamai dengan kakak- kakak kelasnya. Sehingga membuat kegiatan belajar mengajar juga tidak nyaman. Setiap berangkat sekolah harus menemui beberapa orang yang dibenci siswa. Akibatnya bisa terjadi perkelahian dan penurunan prestasi. Dalam hal lain orang tua juga ikut khawatir karena anaknya pulang sekolah dalam keadaan lemas. Orang tua menyekolahkan anaknya dengan tujuan supaya anaknya bahagia menuntut ilmu disana. Tetapi justru anaknya pulang dengan keadaan sedih dan takut sekolah. Hal ini justru menambah beban orang tua. Lalu timbul pemikiran yang aneh-aneh, “Bagaimana jika anak saya tiba-tiba jatuh waktu disuruh lari, lalu kepalanya bocor?”. Ya memang, pemikiran tersebut ada benarnya. Bisa-bisa berakibat fatal jika benar terjadi, yang rugi adalah semua pihak yang terlibat. Banyak hal yang salah dalam MOS ini, tetapi bukan berarti tidak ada benarnya.

Jika kita melihat 10-20 tahun yang lalu, yang namanya MOS juga sudah ada. Bahkan MOS pada saat itu jauh lebih berat dibanding sekarang. Waktu itu juga disuruh lari-lari sepanjang hari dengan memakai pakaian yang memalukan dan dibentak-bentak, hanya level-nya lebih berat dari sekarang. Saat itu, perlakuan keras membuat mental siswa menjadi kuat, sehingga tak mudah menyerah.

Sedangkan saat ini, hanya dibentak sedikit sudah trauma dan lapor dengan orang tua. Tentu membuktikan bahwa mental siswa sekarang sudah lemah. Atau memang siswa saat ini sudah tidak bisa dididik dengan cara yang keras. Di sisi lain, banyak orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, seperti hal-hal di atas. Khawatir memang hal yang wajar, tetapi jika berlebihan juga kurang bijak. Seperti munculnya celotehan “Bagaimana jika anak saya tiba-tiba jatuh waktu disuruh lari, lalu kepalanya bocor?”. Ya tidak hanya masa MOS saja bisa terjadi hal demikian bukan? Dalam kehidupan sehari-hari juga bisa terjadi, contohnya saat pelajaran olahraga, siswa bermain basket. Bisa saja ia jatuh lalu kepalanya bocor. Kan sama saja? Tetapi juga tidak bisa menyalahkan orang tua, karena memang sudah seharusnya orang tua khawatir.

Jadi, MOS sebenarnya punya tujuan yang baik karena dapat membangun mental siswa. Asalkan dilakukan secara bijaksana tanpa adanya bullying. MOS bukanlah suatu masalah jika tujuannya baik dan dilakukan dengan benar. Yang jadi masalah jika MOS tersebut disalah gunakan untuk kepentingan pribadi seperti balas dendam / bullying. (JOS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline