Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Kata "Terserah" Perempuan

Diperbarui: 26 Juli 2022   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hipwee.com

Sering bermunculan sebuah joke tentang kata terserah. Kata ini sering kali menjadi sindiran dan keresahan laki-laki saat mendengarnya. Pengalaman itu ternyata tidak hanya dialami oleh segelintir saja. Ternyata fenomena isi adalah masalah yang serius. Sebenarnya aku tidak ingin menyebutnya sebagai masalah, hanya saja hal ini harus diperhatikan. Selain itu kata terserah seharusnya jangan hanya dilekatkan kepada perempuan saja, karena ternyata itu adalah gejala yang normal pada orang-orang tertentu.

Gejala yang dimaksud adalah ketidakmampuan untuk mengenali perasaan. Contoh sederhana seperti seorang perempuan yang diajak makan oleh pasangannya. Saat ditanya tentang usulan tempat makan atau menu yang akan dipilih, kata terserah sering terlontar. Hal itu yang mungkin membuat laki-laki kesal. Rasa kesal muncul bukan karena kata terserah, tapi usulan dari laki-laki sering ditolak padahal sebelumnya sudah ada kata terserah.

Sebelum kaum laki-laki merasa terwakili oleh tulisan ini, ada baiknya kita berpikir dulu sebentar. Mungkin itu salah adalah kesalah kita juga. Memang sulit untuk diterima, tapi aku mau coba menjelaskannya.

Di awal aku ingin menyinggung soal tradisi. Kebiasaan yang semua orang paham, baik laki-laki maupun perempuan. Rasanya itu sudah jadi keyakinan bersama bahwa laki-laki harus berjuang untuk cintanya. Sebaliknya, perempuan sebagai pihak pasif berharap akan perjuangan laki-laki yang mencintainya. Itu memang hal yang wajar dan masuk akal.

Berangkat dari keyakinan umum tersebut dan sepertinya memang ada kesepakatan tak tertulis tentang itu. Aku tidak bilang hal itu sepenuhnya salah. Tapi ada baiknya hal itu tidak jadi kebiasaan yang kaku. Toh sebenarnya yang harus memperjuangkan hubungan adalah kedua belah pihak bukan?

Inisiatif adalah istilah yang tepat untuk mewakili perjuangan laki-laki. Pokoknya semua hal harus ada kesadaran dan kemauan dari laki-laki. Perempuan tidak boleh mengungkapkan dirinya, atau agresif adalah ungkapan yang pantas bagi perempuan yang berani memberitahu isi hatinya.

Sekarang kita sudah mengenal istilah treatment. Dalam suatu hubungan, istilah ini sering disebut. Bahkan sebelum hubungan itu dimulai, laki-laki berlomba untuk memberikan treatment kepada perempuan yang disukai untuk menarik hatinya. Di sisi sebaliknya, perempuan juga seakan menantang para laki-laki agar memberikan treatment yang disukainya agar dia tahu harus memilih siapa.

Tradisi ini tidak dapat sepenuhnya dibenarkan. Secara prinsip memang benar bahwa pada akhirnya perempuan memilih laki-laki yang dia inginkan sesuai dengan perjuangannya. Tapi jika dipikirkan lagi inilah mungkin yang menjadi biang kerok munculnya si kata terserah.

Perempuan sejak awal sudah harus menerima berbagai perlakuan dari laki-laki. Ada yang dia sukai maupun tidak. Tapi terkadang perempuan menerima setiap perlakukan tersebut yang pastinya bertujuan menarik perhatiannya. Ada beberapa alasan seperti merasa tidak enak, atau memang dia menyukai karena mendapat perhatian. Tapi ada satu lagi alasan perempuan menerima perlakuan dari seorang laki-laki, yaitu karena kegigihannya.

Kegigihan dapat membuat perempuan akhirnya luluh. Hal ini tentunya sangat baik asal dengan tujuan yang benar, jangan sampai hanya karena ingin mendapatkan hati si perempuan setelah itu merasa puas. Dari sini dapat terlihat ternyata sangat sempitnya ruang perempuan untuk memahami apa yang sebenarnya dirasakannya. Perempuan seakan hanya ditugaskan untuk menerima segala perlakuan dari laki-laki dan menunggu inisiatif dari laki-laki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline