Lihat ke Halaman Asli

Rayuan Paling Gombal

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rayuan Syahdu

Selain hujan, banjir, Sby, Ani, Anas, selingkuh, topik rayuan gombal juga tampaknya sedang menggema dan membahana. Tulisan ini sekedar catatan ringan tentang masalah rayuan gombal. Tukang merayu itu banyak dan bermacam. Paling haru ketika satpam kantor mengatakan bahwa melihat saya berjalan sendirian menuruni tangga gedung kantor menuju basement, seolah langsung ingin menuliskan puisi. Wkwkwk,... terharu tapi nggak sampe nangis bombay yang lebay, apalagi sampe tersandung terjerembab (malu dong)! Makasih ya Pak, semoga jadi pujangga.

Rayuan Gempita

Ketika baru pertama kali kerja, saya kaget bukan alang kepalang. Bisa ada seseorang menemukan saya dan nomer ekstension kantor, menyebut nama saya dengan lengkap. Kata - katanya begini, "Ibu Josephine, Anda orang yang beruntung dan memenangkan voucher menginap di Hotel Gren Samid. Voucher ini jangan hilang dan rusak ya Bu. Soalnya bisa dipakai menginap dua malam gratis lho! Paling telat dipakai Desember tahun ini." Gayanya memberitahukan wanti-wanti banget. Ya ampun yang namanya rasa gembira membuncah didada. Seumur hidup belum pernah menang apa - apa, lha kok bisa dapet voucher nginap di hotel bintang lima. Saya masih melagukan suara gembira, ketika tiba - tiba ingat untuk bertanya, "Eh, tapi ada persyaratannya nggak, Mas?" Dijawab dengan kalem, "Bayar PPN saja Bu, enam ratus ribu rupiah." Ngeeek-ngoookkkk... Haha!

Rayuan Cacad

Kali lainnya saya berjalan - jalan dan dicolek seorang anak muda, kurus kering, langsing, merimping. Apa lah istilahnya, tanpa ba-bi-bu langsung menyapa, "Tante, mau beli panci ini nggak? Ini bagus sekali lho, Tante. Teknologi terbaru. Dijamin masakan Tante langsung enak semua dan kayak hasil masakan chef hotel. Sekaligus mudah sekali untuk melunakkan daging. Jadi sekalian presto gitu, Tante. Sangat efisien untuk ibu -  ibu seperti Tante." Ketika itu saya belum memiliki anak, bahkan anak kucing pun saya tidak punya. Menikah barulah lima bulan, sudah divonis 'Tante.' Yang terjadi saya hardik, "Heh! Sejak kapan gue kawin sama Oom loe!..." Seluruh kawan - kawannya sesama sales panci koor tertawa serentak.

Rayuan Udang

Rayuan berikutnya masih jenis rayuan sales promo travel and tour yang memberikan hadiah menginap di hotel bintang tujuh. Berhubung saya suka dan hobby jalan - jalan maka saya tertarik. Karena persyaratannya TIDAK ada. Dikatakan bahwa saya hanya perlu datang dan mengikuti seminar group perhotelan yang mereka selenggarakan. Belajar dari pengalaman masa lalu ketika mendapat rayuan gempita, kok sedikit ragu. Setelah dipikir - pikir, rasanya juga kok nggak mungkin udang tidak sembunyi dibalik batu. Jadi saya batal datang ke seminar yang bersangkutan.

Rayuan Gombal

Mundur ke belasan tahun silam. Ada teman kuliah saya (yang sekarang terbukti sangat mumpuni sebagai direktur marketing somewhere - someplace) yang pandai sekali bicara. Sebagai lelaki bicaranya santun, pandai bersimpati dan manis bagaikan madu. Selalu memuji, selalu menghibur, menguatkan dalam kesusahan, bagaikan sepercik nyala pelita di kegelapan, cuitt-cuitt! Saya sempat terkaing-kaing dan berpikir, what a gentleman!

Ketika saya mengadu bahwa saya harus naik bis setiap hari untuk pergi bekerja, dengan cepat ia menjawab, "Ya ampun! Mulai hari ini saya akan ngirit, makan Indomie saja setiap hari, swear! ....Supaya kamu setiap hari bisa naik taksi ke kantor, okay?" Ya ampuuun juga, tsk, tsk, tsk,... luar biasa tersentuhnya saya! Hari ini? Dia masih belum menikah, entah karena masih pakai rayuan indomie yang sudah kadaluarsa itu atau memang belum ada calon korban yang dirasa tepat, tak jelas juga. Yang jelas, ...nraktir Indomie saja tidak pernah, apalagi ngasih uang taksi pada saya!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline