[caption id="attachment_298696" align="aligncenter" width="350" caption="foto: www.espalhafactos.com"][/caption]
Saya kalau ngebahas film suka yang jadul - jadul. Sebenernya alesannya karena saya nggak terlalu up to - date dengan film terbaru. Tapi sejujurnya saya cukup suka film klasik. Film - film lama yang jamannya opa - oma. Terus yang warnanya hitam - putih dan efeknya nggak terlalu banyak. Sebagai contoh, serial misteri Alfred Hitchkock. Artinya para aktor dan aktris dulu memang dikerahkan kemampuannya dalam berakting. Kalau jaman sekarang kan banyak efek film, sehingga barangkali yang terpenting adalah action. Sementara perwatakan atau penokohan seringkali disamakan saja. Yang penting pelakon utama nggak mati di akhir cerita!
Film Pretty Woman pertama nonton sih ketika saya SMA, waduh tahunnya nggak usah dibahas deh! Tahun kuda gigit besi. Emang sekarang kuda gigit apa? Wanita cantik miskin yang beruntung ditaksir milyuner kaya tampan rupawan. Haduh siapa sih, yang ngga mau dikutuk jadi Julia Roberts? Saya maulah! Well, tapi banyak sih kisah - kisah semacam itu. Kisah cinta yang seperti Cinderella, mimpi jadi nyata. Film ini setiap tahunnya atau paling tidak setiap bulan Februari jelang Valentine, biasanya diputar dimana - mana.
Buat saya akting Julia Roberts dalam film Pretty Woman sesungguhnya rating "B" banget alias biasa saja. Berakting jadi wanita cantik dan sexy! Richard Gere juga selalu panen akting sebagai lelaki ganteng. Kadang - kadang saya berpikir kasihan juga Richard Gere, hampir dalam semua film selalu kebagian peran lelaki ganteng. Entah karena nasib atau mungkin memang kemampuan aktingnya memang paling pas memerankan pria ganteng. Sejujurnya, kalau Richard Gere memerankan pria jelek juga akan sangat sulit dimengerti oleh para penonton.
Ketika sudah ditonton belasan kali, tentu Pretty Woman sudah sangat nglothok dikepala. Pertama si Vivian (alias Julia) mejeng di pengkolan jalan, lalu si ganteng Edward (alias Richard) liwat, lalu tawar - menawar. Lalu diajak ke apartment atau penthousenya. Kemudian terkagum - kagum karena Edward adalah bussinessman muda yang sangat kaya - raya, humble, kalem, nggak urakan dst, dst (Byuuuh,...). Lalu keduanya terbelit situasi cinta yang sulit, tidak tahu bagaimana mengakhirinya. Lalu tuntutan Vivian agar 'naik pangkat' dari wanita simpanan disahkan sebagai pacar betulan. Sebenarnya saya agak pesimis. Tapi sudahlah, tokh ini film cukup menghibur semua orang, khususnya kaum wanita. Siapa tahu ada real Edward dalam kehidupan kita ini. Mau Edward Cullen (twilight) atau Edward Lewis (Pretty Woman). Pokoknya minta Edward!
Momen Pretty Woman yang paling berkesan buat saya, bukanlah ketika Vivian dipinjami kalung mutiara oleh Edward dan tangannya hampir saja terjepit kotak perhiasan yang dipermaikan oleh Edward, Waw co cuitt...! Bukan pula ketika Edward menghajar Phillip ( Jason Alexander) karena berusaha melecehkan Vivian. Walaupun sih sebel juga sama Phillip dan pantas juga dihajar, tetapi adegan pria gebugin pria lain yang mengganggu kekasihnya itu sudah super jamak. Almh. Dicky Zulkarnaen barangkali juga melakukannya dalam adegan film si Pitung (film jadul juga, tapi produksi tanah air). Atau cari deh di deretan sinetron yang mejeng tiap sore, pasti ada!
Momen Pretty Woman yang paling berkesan buat saya adalah ketika Vivian ingin belanja di butik mewah. Ia masuk ke dalam butik dengan dandanan pelacur gembel yang acak - acakan (padahal menurut saya sih masih tetap cantik), lalu diusir oleh manager toko dan para staff lainnya. Disuruh pergi, 'Husssh,...kamu wanita gembel yang miskin. Mana mampu beli baju mewah di butik kami yang serba glamour ini? Ngaca doooong...' Ya ampun, kasian banget! Padahal Vivian sudah dibekali duit satu container oleh Edward agar belanja apa saja barang yang disukainya. Sayang, ia justru dihina dan dilecehkan...
Nangislah si Vivian, ngadulah pada si Edward. Kemudian dibawa lagi oleh Edward ke toko atau butik lain, diperkenalkan sebagai wanita yang akan berbelanja disitu dan harus dilayani dengan baik. Pada akhirnya toko yang berikutnya itu memberikan pelayanan yang sangat baik pada Vivian dan ia belanja banyak sampai berkarung - karung. Tasnya segepok dan tentengannya satu renteng.
Vivian kemudian kembali ke butik pertama yang managernya telah melecehkannya, "Hai Kamu,...Kamu ingat saya? Yang kemarin ingin belanja disini dan kamu hina?" Manager dan staff tidak lagi mengenali Vivian yang kini berdandan ala orang kaya. "Kamu semua dapat komisi penjualan kan? Nah,... Ini saya baru belanja banyaaaaak sekaliii.... Ini sekarang mau belanja lagi. Kemarin kalian mengusir saya kan?? Itu kesalahan yang besar,...sangat fatal!!..It was a big mistake - HUGE!..." Lalu dengan senyum kepuasan dan gembira, Vivian melenggang keluar dari situ dengan memamerkan banyak sekali barang yang sudah dibelinya. Sementara manager butik dan para staff wajahnya pucat pasi. Momen ini buat saya berkesan banget. Karena menurut saya adegan ini seolah terinspirasi dari film indonesia G30S PKI, "Penderitaan itu kejaaaam ...jendraaaaaallll!" Bener kan? He-he-he,..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H