Seluruh manusia memiliki hak yang sama. Ada yang mengatakan bahwa saat manusia dilahirkan, saat itu pula dia mempunyai haknya. Setiap 10 Desember kita merayakan hal itu. Pada hari tersebutlah kita menegaskan kembali pentingnya hak asasi manusia dalam upaya membangun dunia yang kita inginkan: dunia yang menjadi tempat aman bagi seluruh manusia.
Dalam hal ini, dimaksudkan bahwa setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan dan keadilan yang setara: tanpa adanya pembedaan ras, agama, budaya, dan gender.
Jika selama ini masih marak terjadinya pembedaan antara pria dan wanita, penting untuk ditegaskan kembali bahwa pada dasarnya, pria dan wanita memiliki hak yang sama: wanita dapat melakukan pekerjaan yang selama ini ditanggungkan kepada pria, dan begitu pula sebaliknya.
Misalnya, stigma masyarakat saat ini adalah pria tidak wajar untuk mengungkapkan perasaannya, maka hal tersebut harus segera diwajarkan. Sebagai manusia, pastilah kita merasakan perasaan seperti sedih, marah, kecewa, dan senang. Perasaan-perasaan tersebut bukanlah hal yang dapat manusia hindari.
Sebagai manusia, kita merasakan berbagai perasaan yang memang terkadang tidak dapat kita halau, dan hal tersebut tidak memandang gender atau anggapan seperti perempuan sajalah yang boleh menangis.
Di Indonesia sendiri, penegakan hak asasi manusia belum sepenuhnya dilakukan oleh setiap pribadi. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor: masih kurangnya pendidikan akan pentingnya kesetaraan dalam hak asasi manusia itu sendiri, dan yang paling mendasar: masih kurangnya kepedulian akan hal tersebut.
Kurangnya kepedulian ini, pada dasarnya didasari oleh pemikiran yang sempit. Bisa juga karena kurangnya kesadaran akan pentingnya hak asasi manusia. Bisakah Anda bayangkan akibatnya? Seandainya jika di dunia ini tidak ada hak asasi manusia, maka hak orang banyak akan direbut.
Akan terjadi juga tindakan yang tidak dilandasi oleh kesadaran dan tanggung jawab. Tidak akan adanya sikap saling menghargai antar manusia, tidak ada yang namanya moral dan etika. Semuanya akan berjalan sebebasnya tanpa adanya mementingkan sisi kemanusiaan.
Sebagai manusia, pastilah kita tidak bisa hidup tanpa rasa kemanusiaan. Sebagai manusia, kita memiliki rasa untuk mendapatkan rasa nyaman dan aman. Baik itu aman dalam mendapatkan hak pendidikan, kebebasan, ataupun dalam berekspresi. Tak lupa, adanya hak untuk saling menghormati dan mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab antar manusia sehingga dari kesadaran ini, kita bisa menjamin bahwa tidak adanya hak asasi manusia yang terlewati.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), lembaga mandiri Indonesia dalam penegakan HAM, mengatakan bahwa penegakan HAM di Indonesia masih buram, masih banyak pelanggaran yang terjadi sehingga hal ini harus terus diperjuangkan. Pernyataan ini disampaikan oleh Hairansyah, Komisioner Mediasi dan Koordinator Penegakan HAM, Komnas HAM RI. Hal ini beliau sampaikan saat menjadi narasumber dalam kuliah umum yang diselenggarakan secara daring oleh salah satu universitas di Banjarmasin pada awal tahun kemarin.
Seperti yang kita tahu, Komnas HAM sebagai lembaga berwewenang memiliki berbagai peraturannya sebagai pengampu HAM di Indonesia. Namun, peraturan tersebut tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak dibantu oleh peran masyarakat. Maka dari itu, peran kita sangat diperlukan untuk mengindahkannya.