Lihat ke Halaman Asli

Jose Hasibuan

TERVERIFIKASI

Seorang abdi bangsa

Cerita Rakyat Riau "Lancang Kuning" dan Sebuah Pesan bagi Para Pemimpin

Diperbarui: 12 Januari 2021   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : (Liputan6.com/ M Syukur) 

Pernah mendengar lagu "Lancang Kuning"? Lagu ini diambil dari sebuah cerita rakyat yang berasal dari tanah melayu, Riau tempat saya dilahirkan, yang sekarang banyak disebut orang sebagai "Bumi Lancang Kuning".

Lagu "Lancang Kuning" diciptakan oleh Sulaiman Sjafe'i dan dinyanyikan oleh Eddy Silitonga. Lagu ini sering dinyanyikan dalam prosesi pentahbisan pemimpin di Riau.

Kalimat-kalimat utama dalam lagu "Lancang Kuning" adalah sebagai berikut.

Lancang kuning, lancang kuning belayar malam.
Haluan menuju, haluan menuju ke laut dalam.

Kalau nakhoda, kalau nakhoda kuranglah faham.
Alamatlah kapal, alamatlah kapal akan tenggelam.

Lancang kuning, lancang kuning menentang badai.
Tali kemudi, tali kemudi berpilit tiga.

Lagu "Lancang Kuning" memang sangat populer di Riau. Jika ingin menyebut lagu daerah yang mencari ciri khas Riau, tentulah orang-orang akan merujuk pada lagu "Lancang Kuning".

Lagu "Lancang Kuning" sebenarnya berkisah tentang sorang pemimpin, yang digambarkan sebagai seorang nahkoda "lancang", istilah kapal dalam bahasa melayu, yang menggambarkan sebuah negeri atau pemerintahan.

(Alm) Tenas Effendy, seorang budayawan asal Riau dalam sebuah tulisannya pernah menyinggung mengapa Riau disebut dengan istilah "bumi Lancang Kuning".

Menurutnya, "Lancang" adakah sebuah kapal besar yang biasa digunakan raja-raja mengarungi lautan luas dan merupakan tanda komando armada perang di lautan yang dikendalikan oleh seorang laksamana atau raja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline