Masih di awal tahun 2021, kita kembali dikejutkan dengan kabar duka, kali ini dari dunia penerbangan.
Saya jadi teringat peristiwa banjir hebat yang terjadi di Jakarta awal tahun 2020 lalu. Sukacita memasuki tahun baru, tiba-tiba lenyap karena kabar duka yang di alami saudara-saudara kita di Jakarta.
Tak lama kemudian, kabar kehadiran virus corona dari Wuhan pun mulai mendebarkan. Awal Maret 2020, pemerintah kemudian mengumumkan kasus pertama warga negara RI yang terinfeksi covid-19.
Duka akibat pandemi covid-19 pun tak kunjung usai hingga kini. Jumlah kasus baru terinfeksi terus berlanjut, dan angka kematian terus bertambah.
Seolah air mata belum kering, pada hari sabtu (9/1/2021) kita kembali dikejutkan dengan berita terkait pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang dilaporkan hilang kontak dan diduga jatuh di sekitar Kepulauan Seribu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Kompas.com, pesawat Sriwijaya yang diduga jatuh itu sempat mengalami delay karena hujan deras.
Pesawat Sriwijaya SJ 182, dijadwalkan take off sekitar pukul 14.00 WIB. Namun karena alasan hujan deras, pesawat tersebut baru take off 30 menit kemudian, sekitar pukul 14.36 WIB.
Baru mengudara sekitar 4 menit, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dinyatakan hilang kontak. Beberapa saat sebelumnya, pesawat tersebut sempat meminta izin untuk menambah ketinggian jelajah.
Basarnas kemudian menduga, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di antara pulau Laki dan pulau Lancang, di kawasan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Informasi dari menara pengatur lalu lintas penerbangan (ATC) Jakarta, pada pukul 14.37 Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki setelah melewati ketinggian 1.700 kaki.