Lihat ke Halaman Asli

Jose Hasibuan

TERVERIFIKASI

Seorang abdi bangsa

Dari Pasar Rombeng Selatpanjang, Orang Batak Jadi Sarjana

Diperbarui: 29 November 2020   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang batak dan pasar rombeng adalah dua hal yang cukup melekat di kota Selatpanjang. Jika ada kesempatan berkunjung ke Selatpanjang, coba lah main ke pasar rombeng, maka kita akan bertemu penjual rombengan yang mayoritas adalah orang batak.

Selatpanjang adalah ibukota kabupaten Kepulauan Meranti, sebuah kota kecil di Provinsi Riau. Letaknya terpisah dari pulau Sumatera, di sebuah pulau yang di sebut Tebing Tinggi. Hanya ada jalur laut menuju kota Selatpanjang dari dan ke kota Pekanbaru.

Meskipun terletak di pulau yang terpisah, secara administrasi Selatpanjang masuk ke dalam Provinsi Riau. Kota ini merupakan kota persinggahan kapal-kapal dari Dumai menuju Pulau Batam dan sekitarnya.  

Penduduk asli kota Selatpanjang adalah suku melayu. Meski demikian, sejak dulu telah berdiam berbagai suku disana seperti jawa, minang, bugis, batak dan etnis tionghoa.

Jika kapal yang ditumpangi telah dekat dengan menuju kota Selatpanjang, maka akan terlihat deretan ruko sepanjang tepi laut. Pusat kota kecil ini memang dipadati dengan ruko-ruko yang di bangun hampir berbatasan dengan jalan raya.

Selatpanjang dikenal dengan panganan khasnya yang berbahan sagu. Tak lengkap rasanya jika tidak mencicipi mie sagu khas Selatpanjang jika sedang berkunjung kesana.

Di salah satu sudut pasar kota Selatpanjang, ada sebuah lorong sempit dimana inang-inang dan namboru-namboru orang batak menjual pakaian bekas dari negeri jiran Singapura. Lorong itu lah yang disebut pasar rombeng.

Pasar rombeng di Selatpanjang telah ada sejak tahun 1980an. Pasar ini hanya menjual pakaian-pakaian bekas, mulai dari kemeja, celana jeans, jaket hingga pakaian dalam. Beberapa kios juga menjual tas, sepatu dan boneka-boneka bekas.

Pasar rombeng terus bertahan hingga saat ini karena pakaian bekas yang dijual adalah produk-produk asli merk luar negeri bekas pakai dari Singapura. Konon, orang Singapura hanya menggunakan pakaiannya beberapa kali lalu membuangnya ke pengumpul.

Para pengumpul barang bekas inilah yang mengirimkan barang-barang bekas tersebut hingga sampai ke penjual rombengan di Selatpanjang. Entah bagaimana prosesnya, saya kurang jelas, yang jelas para penjual rombengan ini membayar sejumlah uang untuk mendapatkan satu 'bal' goni besar berisi pakaian bekas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline