Lihat ke Halaman Asli

Jose Hasibuan

TERVERIFIKASI

Seorang abdi bangsa

Dinamika Belajar Daring dan Upaya Guru Menghadirkan Pembelajaran Bermakna

Diperbarui: 20 November 2020   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran Sinkron dengan Menggunakan Google Meet | Dokumen Pribadi

Pandemi Covid-19 telah benar-benar mengubah wajah dunia pendidikan kita. Hampir 9 bulan sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan pemerintah pada bulan Maret lalu, hingga kini proses pembelajaran di sebagian besar daerah di tanah air masih dilaksanakan dengan model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Di Pekanbaru, tempat dimana saya mengabdikan diri sebagai seorang guru, PJJ telah dilaksanakan sejak bulan April 2020. Masih teringat jelas, saat itu peserta didik kelas 12 sedang bersiap-siap mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

Malam harinya, secara tiba-tiba Dinas Pendidikan Provinsi Riau menginformasikan bahwa UNBK diundur mengingat penularan virus corona mulai menyebar di kota Pekanbaru. UNBK pun gagal terlaksana hingga kelulusan siswa tahun pelajaran 2019/2020.

Tak hanya berdampak pada pelaksanaan UNBK, proses pembelajaran di sekolah pun berubah total. Penutupan sekolah telah membuat proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di kelas terhenti.

Siswa melaksanakan belajar dari rumah (BDR), sementara guru dan semua tenaga pendidikan melaksanakan work from home (WFH). Sontak, lingkungan sekolah sunyi sepi tanpa aktivitas apa pun.

Pandemi Covid-19 yang terjadi secara mengejutkan dan tiba-tiba, sesungguhnya tidak memberikan ruang persiapan yang cukup bagi guru dan sekolah. Pilihan yang mungkin dan realistis dilaksanakan saat itu adalah mengirimkan tugas-tugas kepada siswa melalui WhatsApp Grup (WAG) kelas.

Jadilah saat itu, WAG sebagai solusi cepat menggantikan PTM menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring). Guru menyiapkan tugas-tugas dan sejumlah tagihan dalam bentuk soft file, lalu peserta didik mengerjakan dan mengumpulkannya sebagai bahan penilaian.

Namun, tentu saja dalam pelaksanaannya, PJJ tidak semudah yang dipikirkan. Berbagai kesulitan muncul silih berganti. Salah satu kendala yang muncul di awal adalah soal fasilitas dan perangkat digital untuk penerapan PJJ.

Tidak semua peserta didik memiliki laptop atau gawai yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan tidak semua siswa dapat mengumpulkan tugas-tugas seperti yang diharapkan.

Beberapa siswa lainnya yang memiliki perangkat digital, harus berbagi dengan anggota keluarga lainnya. Tidak sedikit pula yang harus secara bergantian menggunakan gawai orangtuanya untuk belajar.

Belum lagi bicara soal ketersediaan paket internet, jika dalam satu rumah ada beberapa anak yang harus menggunakan gawai dan harus terhubung dengan internet, maka kebutuhan untuk menyediakan paket internet akan menjadi sangat memberatkan bagi orangtua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline