Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selalu menghadirkan tantangan baru bagi guru. Salah satu isu yang sangat menarik didiskusikan adalah soal bagaimana melakukan manajemen kelas daring yang kondusif?
Situasi dimana guru dan siswa tidak berada dalam satu dimensi ruang yang sama, membuat pengelolaan kelas menjadi sulit dilakukan. Kondisi tidak terjadi tatap muka secara langsung membuat motivasi belajar siswa menjadi menurun.
Tidak hanya itu, keragaman kemampuan dan karakteristik peserta didik turut memberi andil makin sulitnya guru melakukan pengelolaan kelas. Belum lagi bicara soal keadaan ekonomi keluarga dan tingkat dukungan orangtua, menjadi situasi PJJ makin pelik dan menantang.
Secara umum, pandemi covid-19 telah memberikan 5 dampak utama terhadap pendidikan kita.
Pertama, target pembelajaran tidak tercapai. Meski berbagai upaya telah dilakukan guru, tetap saja proses pembelajaran tidak tercapai seperti yang diharapkan. Tagihan pembelajaran tidak tercapai, tugas-tugas tidak dapat diselesaikan oleh peserta didik.
Kedua, penurunan kemampuan siswa. Kondisi belajar yang tidak ideal secara daring, membuat sekolah dan guru membuat kebijakan hanya berfokus pada Kompetesi Dasar (KD) esensial sebagaimana ditekankan pada Kurikulum Darurat. Proses bimbingan belajar yag tidak dapat dilakukan secara langsung, menyebabkan banyak siswa sulit untuk memahami pembelajaran dengan maksimal.
Ketiga, kesenjangan pengetahuan di antara siswa. PJJ yang mengandalkan fasilitas teknologi dan jaringan internet menimbulkan ketimpangan pengetahuan antara siswa dengan fasilitas yang memadai dengan siswa-siswa dengan keterbatasan. Pemerataan kualitas pendidikan menjadi semakin sulit untuk dicapai di seluruh negeri.
Keempat, perkembangan emosi dan kesehatan psikologis terganggu. Tidak terjadinya interaksi sosial antar teman sebaya, membuat perkembangan emosi siswa kurang stabil. Aktivitas yang terbatas di dalam rumah membuat secara psikis, siswa mengalami kebosanan, jenuh bahkan mungkin mengalami stress ringan hingga sedang.
Kelima, berpotensi memicu angka putus sekolah meningkat. Tidak sedikit keluarga yang terganggu secara ekonomi karena satu dan lain hal. Situasi ini dapat membuat siswa harus mengalami putus sekolah karena tuntutan situasi keluarga.