Lihat ke Halaman Asli

Jose Hasibuan

TERVERIFIKASI

Seorang abdi bangsa

Bagaimana Menanamkan Nilai Pancasila Sejak Anak Berusia Balita?

Diperbarui: 3 November 2020   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jocelyn (Dok. Pribadi)

Hari ini (1/06/2020) bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Sejak tahun 2017, Pemerintah menetapkan peringatan hari lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni sebagai libur nasional. Semua kantor meliburkan pegawainya, menjadi kesempatan bagi seluruh keluarga berkumpul bersama dalam momen peringatan hari lahir Pancasila.

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat, pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan "Pancasila" sebagai gagasan dasar negara Indonesia merdeka. Konsep dan rumusan awal "Pancasila" ini disampaikan Soekarno sebagai pidato di sidang terbuka BPUPKI. Selanjutnya, BPUPKI membentuk panitia kecil untuk mematangkan rumusan awal Pancasila yang sekarang kita kenal sebagai dasar negara Indonesia.

Kini, setelah berselang  75 tahun, apa makna Pancasila bagi kita bangsa Indonesia? Apakah Pancasila sebagai ideologi negara telah menjadi pandangan yang melekat bagi kita saat ini? Atau jangan-jangan kita masih berkutat pada hal mendasar, persoalan tak hafal Pancasila. Bagi saya, bagaimana mungkin kita bisa menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam bernegara, jika menghafal Pancasila pun tak tuntas dilakukan.

Di momen peringatan Hari Lahir Pancasila 2020 hari ini, saya tertarik untuk merenungkan kembali apakah saya dan keluarga, telah mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari? Terutama di saat sulit saat ini, saat bangsa kita diuji oleh wabah dan kesulitan ekonomi, harusnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat menolong kita untuk tetap bertahan menjadi bangsa yang besar.

Bagaimana peran saya sebagai orangtua mengenalkan dan memberikan pemahaman Pancasila kepada anak saya sejak balita? Tulisan ini berisi pengalaman saya dan istri dalam menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan anak kami.

Anak saya Jocelyn, tahun ini berusia 5 tahun. Sejak berusia 2 tahunan, saat ia mulai bisa berbicara dengan lancar, kami memperkenalkan kelima sila Pancasila kepadanya. Dan tak butuh waktu lama, Jocelyn kecil yang saat itu berusia menjelang 3 tahun, telah fasih melafalkan kelima Sila Pancasila dengan lantangnya.

Kini, saat usianya akan melewati masa balita, saya mencoba mengingat ulang, bagaimana kami sebagai orangtuanya telah memberikan pemaknaan kelima sila Pancasila itu, bukan sekedar menghafalkannya. Sebagai orang tua, kami berharap Jocelyn bisa menjadikan Pancasila sebagai nilai-nilai yang dipegang teguh saat berada di tengah masyarakat sekarang, dan kelak saat dewasa.

Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa.

Sejak usia 2 tahun, kami mengenalkan berbagai agama yang ada di Indonesia. Sebenarnya bukan inisiatif kami pada awalnya melakukan ini, tetapi justru Jocelyn sendiri yang memulainya dengan bertanya.

Saya saat ingat jelas, waktu itu Jocelyn sering bermain dengan 2 orang temannya yang persis bersebelahan, kiri dan kanan rumah. Kedua temannya itu beragama Islam dan Budha, berbeda dengan Jocelyn yang tahu benar sejak kecil bahwa ia adalah seorang Kristen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline