Lihat ke Halaman Asli

Jose Hasibuan

TERVERIFIKASI

Seorang abdi bangsa

Mendisiplinkan Anak dengan Cerita

Diperbarui: 26 Mei 2020   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bercerita kepada anak (Sahabat Keluarga Kemendikbud / Fuji Rachman)

Bercerita adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan bersama keluarga. Banyak orang sangat menikmati saat-saat bercengkrama di teras depan rumah sambil menikmati secangkir kopi atau teh. 

Usai makan malam pun, banyak keluarga yang senang melanjutkan dengan bercerita tentang apa saja hingga terasa berat untuk beranjak dari meja makan.

Namun, kebiasaan bercerita bersama di tengah-tengah keluarga makin jarang dilakukan saat ini. Segudang kesibukan yang menyita waktu sepanjang hari, terkadang menyisakan sedikit energi sehingga banyak orangtua memilih beristirahat atau sekadar membaringkan diri di atas ranjang.

Sejak penerapan full day di sekolah, anak-anak pun pulang ke rumah dengan membawa rasa letih. Setali tiga uang dengan orangtuanya, anak-anak memilih me time bersama gawai miliknya.

Di era digital saat ini, gawai telah mengisi sebagian besar waktu anak. Berinteraksi di dunia maya melalui Whatsapp, Facebook atau Instagram, terasa jauh lebih menyenangkan ketimbang bercerita bersama orangtua. Ditambah lagi berbagai game online yang dapat dimainkan dari gawai, membuat anak kecanduan dan mengabaikan suasana rumah.

Apalagi di saat libur seperti sekarang, tak ada lagi tugas belajar dari sekolah, lebaran pun hanya di rumah saja tak ke mana-mana, melarang anak berinteraksi dengan gawai menjadi lebih sulit dilakukan. Karena tanpa melakukan apa-apa, akan menimbulkan kebosanan bagi anak.

Salah satu yang intens kami lakukan bersama anak saat ini adalah mendisiplinkan anak dengan cerita. Ceritanya bisa tentang apa saja, terkadang saya bercerita tentang si kancil atau Bona si belalai panjang, atau cerita apa saja yang dulu sering saya dengarkan saat saya masih kecil.

Meski sudah lebih banyak bumbu karena tak lagi teringat jelas alur cerita tentang si kancil ini, namun dengan sedikit improvisasi gerak dan mimik wajah, membuat anak saya yang berumur 5 tahun kelihatan sangat antusias mendengar cerita saya hingga akhir. 

Apalagi di tengah cerita, terkadang anak melakukan interupsi untuk sekadar memperjelas alur cerita, membuat saya makin liar mengembangkan imajinasi dalam bercerita.

Bersyukur saat jalan-jalan ke mall jauh sebelum pandemi terjadi, kami sering mampir ke bazar-bazar buku yang menjual buku dengan harga super miring. 

Kini, buku-buku itu sangat terasa manfaatnya. Jika kehabisan ide untuk bercerita tentang si kancil, atau cerita si buaya sudah tak lagi menarik perhatian anak, bercerita melalui buku-buku bergambar itu menjadi pilihan yang baik untuk dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline