Berada tepat di jantung kota Jakarta, tempat wisata kota tua dapat dijadikan alternatif wisata untuk sedikit meregangkan otak dari kesibukan selama sepekan. Selain menampilkan pesona bangunan-bangunan tua yang bersejarah, kota tua merupakan wisata murah yang bisa dinikmati semua golongan. Selain itu, tidak sulit bagi kita yang agak asing dengan kota Jakarta untuk mencapai kota tua. Asalkan anda bisa sampai di stasiun kereta api Jakarta kota atau shelter busway stasiun kota, tercapailah hasrat untuk menikmati wisata kota tua.
Bersama 5 orang rekan mahasiswa pasca sarjana (Liston, Silvia, Elvina, Cici dan Deby), dari Bogor kami menuju kawasan kota tua dengan menumpangi KA Pakuan Ekspress kurang lebih 1 jam perjalanan. Harga tiket KA relatif muraf, Rp.11.000/orang untuk menikmati perjalanan yang nyaman. (Kalau ingin lebih murah, anda bisa naik KA AC Ekonomi dengan tarif Rp.5.500 atau tarif super hemat dengan kereta ekonomi). Tempat utama yang akan kami kunjungi di kawasan kota tua adalah taman fatahilah. Taman ini berfungsi sebagai balai kota sewaktu VOC berkuasa. Taman ini terletak tepat di depan museum fatahilah, bangunan tua yang didirikan pada abad XVI. Namun, sebelum menuju ke taman fatahilah, tepat di depan stasiun Jakarta kota, kita akan menemukan 2 museum yang sayang untuk dilewatkan, museum bank Mandiri dan museum bank Indonesia. Disana kita bisa menyaksikan berbagai jenis uang dan peralatan perbankan kuno.
Dari museum bank Mandiri, kami berjalan menuju taman Fatahilah. Tanpa dipungut biaya sepeser pun, akhirnya kami sampai di alun-alun kota tua. Jika sedang beruntung anda bisa menyaksikan atraksi kesenian rakyat seperti ondel-ondel, kuda lumping dan lainnya. Jika ingin bernostalgia ke masa kanak-kanak dulu, di pinggir taman banyak sekali dijajakan es potong seharga Rp.1.500. Kami menyisiri pinggiran taman sambil menjilati es potong yang baru saja dibeli dan mulai mencair. Jika ingin mencoba mengukir tubuh dengan warna-warni, anda bisa meminta untuk ditato. Tinggal milih bagian tubuh mana yang akan ditato dan gambar yang cocok di mata. Sayangnya tak satupun kami tertarik untuk mentato tubuh kami.
Menurut saya, yang paling menarik dari wisata kota tua adalah bersepeda menyusuri sisi tua dari kota Jakarta yang hingar bingar. Hanya dengan uang Rp.30.000 (Kalau pintar nawar bisa dapat Rp.20.000), anda bisa berboncengan dengan seorang teman untuk berkeliling menikmati suasana Jakarta tempo dulu dengan sepeda ontel yang masih kokoh sambil menggunakan topi ala belanda (serasa menjadi menir-menir belanda). Setelah memilih sepeda yang cocok dan topi yang cocok, kami segera bersepeda menuju Jembatan Kota Intan. Jembatan tua yang sudah lima kali berganti nama ini dibangun pada tahun 1628. Jembatan ini dilengkapi dengan pengungkit yang berfungsi untuk menaikkan sisi bawah jembatan. Namun, lagi-lagi karena kondisi yang tak terawat, pengungkit ini sekarang tak bisa difungsikan lagi. Dari atas jembatan kita bisa menyaksikan pemandangan sungai namun dengan air yang sudah kotor (maklum kali di Jakarta).
Dari Jembatan kota intan, kami kembali bersepeda menuju Toko Merah. Letaknya di Jalan Kali Besar Barat. Toko Merah adalah sebuah gedung yang hampir seluruh bagian depannya berwarna merah. Toko Merah nama gedung itu, kini masih tetap berdiri kokoh meskipun telah berusia tiga abad. Sejumlah gubernur jenderal VOC pernah mendiami gedung ini, yang kala itu terletak di tengah kota Batavia. Jika masih kuat bersepeda, anda bisa bersepeda menuju pelabuhan sunda kelapa dan masih banyak tempat-tempat lain yang bisa anda kunjungi spanjang hari di kawasan kota tua.
Bagaimana, anda tertarik berwisata ke kota tua?
(Jose Hasibuan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H