KELAYAKAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET DI KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN.
Feasibility of Developing Rubber Plantation in Tanah Bumbu District, South Kalimantan
Jordy Nur’aly Baimunaf, (2110311110007)
E-mail : nuralyjordy@gmail.com
PENDAHULUAN
Sebagian besar wilayah Indonesia memiliki karakteristik lahan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet. Pada umumnya areal pertanaman karet tersebar di wilayah Sumatera (71,19%) dan Kalimantan ( 24 , 45 %). Total lahan perkebunan karet nasional tercatat mencapai 3,56 juta Ha, dimana 85,09% diantaranya merupakan perkebunan rakyat, 6,91% perkebunan besar negara dan 7,95% perkebunan besar swasta (Badan Pusat Statistik [BPS], 2014). Produksi karet alam nasional pada tahun 2014 mencapai angka sekitar 3,23 juta ton. Sebanyak 71,03% diantaranya berasal dari Sumatera dan 21,59% berasal dari Kalimantan (BPS, 2014). Jumlah ini masih dapat ditingkatkan melalui kegiatan peremajaan dengan penanaman bahan tanam klon karet unggul maupun perluasan areal perkebunan dengan memberdayakan lahan-lahan kosong dan tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet, terutama di Kalimantan.
Kalimantan Selatan ( Kalsel) merupakan salah satu sentra produksi karet alam terbesar di Indonesia. Luas wilayah Kalsel mencapai 37.530,52 Km2 atau setara dengan 3.753.052 Ha. Dari total luas tersebut 186.077 Ha merupakan area perkebunan karet. Pada tahun 2013 tercatat bahwa dengan luas area tersebut Kalsel mampu menghasilkan produksi karet sebesar 172.372 kg karet kering (KK). Dengan kata lain produktivitas area perkebunan karet di Kalsel mencapai 926,35 kg KK/Ha. Tanah Bumbu adalah salah satu dari tiga belas kabupaten di Kalsel yang dinilai memiliki potensi bagi pengembangan perkebunan karet. Luas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 5.067,14 Km2 atau setara dengan 506.714 Ha.
KELAYAKAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu memiliki respon positif dari 90% responden. Analisis finansial menunjukkan bahwa pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu memiliki nilai investasi yang layak, dengan Nett Present Value (NPV) sebesar IDR 243 Milyar dan IDR 187 Milyar, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 27,20% dan 17,53%, Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 2,08 dan 1,99, serta Payback Period (PBP) selama 8 tahun 3 bulan dan 13 tahun 9 bulan. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu memiliki potensi besar untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
UPAYA PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah menggencarkan kegiatan intensifikasi tanaman karet dengan mengalokasikan bantuan pupuk NPK. Dalam beberapa tahun terakhir, industri karet di Indonesia, termasuk di Kabupaten Balangan, mengalami penurunan. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) menginisiasi program Pengembangan Koorporasi Pekebun Berbasis Kawasan Karet (BANGSIBUN BAKARET) sebagai upaya meningkatkan nilai tambah dan daya saing pengembangan kawasan perkebunan karet berbasis korporasi petani/pekebun. Program ini bertujuan untuk mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan Kalimantan Selatan serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekebun karet di wilayah tersebut.