Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Jejak Sepatu di Pasir Putih

Diperbarui: 8 Januari 2025   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi jejak sepatu di pasir putih. Sumber: istock/credit: HeorgeDolgikh

Angin laut membelai wajahku. Jilbab dan pakaianku menari tertiup oleh angin di pagi, selepas Subuh. Aku sendiri sering mencuri waktu ke pantai ini, saat tak ada seorang pun berkunjung. 

Seperti biasa, dengan bertelanjang kaki, aku menyusuri pasir putih di bibir pantai. Kurasa berjalan kaki tanpa alas akan membuatku lebih rileks. Ya, kedamaian terasa di pagi hari. Dan itulah yang aku cari. 

Air laut mencium bibir pantai dengan pelan. Ujung celana panjang sudah jelas basah, sekalipun sudah kusingsingkan sedikit. 

Kuhirup udara pagi. Kurentangkan kedua tangan. Udara yang benar-benar menyehatkan. Wajar jika anak-anak yang menderita flek paru-paru, diterapi dengan udara pantai yang bersih. 

Sejenak mataku menangkap hal yang beberapa hari mengusik tanya dalam hati. Kudekati jejak-jejak sepatu di sana.

"Apa memang ada orang lain yang juga berada di sini, sepagi ini?" gumamku.

Jejak sepatu di pasir putih itu sama dengan yang kulihat di hari-hari sebelumnya. Kuikuti jejak-jejak itu, hingga jejak tak lagi kulihat. Lagi-lagi, seperti kemarin-kemarin, aku tak menemukan seseorang pun di sekitar pantai.

"Siapa sebenarnya pemilik jejak sepatu ini?"

***

Beberapa hari berikutnya, aku yang sangat penasaran dengan pengunjung pantai ---yang hanya meninggalkan jejak sepatu, tanpa pernah kutemui--- memutuskan untuk ke pantai lebih awal daripada kemarin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline