Dunia sangat indah. Banyak keragaman yang bisa dilihat. Begitu juga yang bisa dilihat di Hutan Cemerlang. Warganya sangat beragam. Ada yang bisa terbang, berjalan, melata, dan melompat.
Watak mereka juga tidak sama. Ada yang ramah, pemarah, curang, bijaksana dan sebagainya. Meski begitu, mereka tetap hidup rukun. Setiap ada perselisihan, pasti segera diselesaikan.
Di antara warga Hutan Cemerlang, banyak anak yang sering bermain di hamparan sabana. Binatang yang berukuran kecil, bisa bersembunyi di balik semak, sehingga tampaklah hewan berukuran besar yang terlihat dari kejauhan. Itu seperti yang biasa dilakukan Gamut, anak gajah yang imut, dan Pipit, si burung pipit yang lincah.
Mereka berdua bercanda sembari menyanyi bersama. Kalau lelah, mereka akan beristirahat di bawah pohon yang berada di sekitar sungai, tak jauh dari hamparan sabana.
"Kita istirahat dulu, Pit. Kasihan kamu, sayapmu pasti capek," ajak Gamut. Mereka pun merebahkan tubuh sambil menikmati semilir angin dan gemericik air sungai.
"Kamu minum dulu sana, Mut!" Pipit mengingatkan Gamut untuk minum dulu karena dia tadi mengeluh kalau belum minum dari pagi. Gamut berdiri dan mendekat ke arah sungai dan minum air sungai yang sangat jernih.
Setelah itu dia kembali ke bawah pohon dan merebahkan tubuh. Tak lama, dia menyusul Pipit yang sudah tidur.
***
Menjelang sore hari, mereka terbangun. Mereka merasakan hawa yang dingin. Angin kencang menerpa daun-daun, membuat daun-daun kering berjatuhan. Langit pun terlihat sudah gelap. Gumpalan awan hitam itu membuat suasana sedikit menakutkan.
"Ayo, Pit. Kita lekas pulang!"