Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Putus Sekolah

Diperbarui: 25 November 2024   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: istock, credit: pcess609

"Aku disuruh belajar nulis rapi sama Bu Ayu, Bu," keluh anakku, Dian. Dia kelas III. Tidak terlalu pintar, dan tidak terlalu bodoh.

"Ya belajar nulis yang rapi, le," sahut istriku yang baru meracik aneka sayuran.

"Tapi kan capek, Bu."

Mendengar keluhan Dian, aku yang belum lama sampai rumah menjadi naik darah. 

"Dian, sudah sejak lama Bapak suruh kamu belajar nulis 'kan? Tulisan kayak ceker ayam seperti itu, memusingkan!" gertakku.

Semasa aku sekolah dulu, memang memiliki kemampuan yang hampir sama dengan Dian. Tapi, urusan tulisan, pasti guru akan mudah membacanya. 

"Jangan gitu-lah, Pak. Nasihati anak ya jangan kasar begitu," ucap istriku, sambil mengelus kepala Dian yang sedari tadi menundukkan kepala.

"Bune, kamu itu terlalu memanjakan anak. Jadi malas kan dia?"

Istriku diam. Dian akhirnya menangis di pelukan ibunya. Kuhela napas panjang dan meninggalkan mereka. 

"Bukannya bikin tenang, malah bikin pusing," gerutuku, dengan menahan marah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline