"Setiap hari kok ya pegang HP. Kapan belajarmu, Dinda?" tanya Bunda, jelang Maghrib.
Setiap pulang sekolah, Dinda memang selalu pegang HP. Sampai-sampai dia lupa shalat Asar dan membantu ibu, menyapu halaman rumah. Itulah sebabnya, hampir setiap hari Bunda mengomel. Ayah yang sering mendengar keluhan Bunda, akhirnya mengajak bicara Dinda, setelah shalat Maghrib dan mengaji.
"Mulai besok, pegang HPnya Ayah batasi. Sudah Ayah setel biar kamu nggak lupa waktu. Sehari Ayah batasi dua jam."
Dinda terkejut. "Pegang HP hanya dua jam?" protes Dinda dalam hati.
"Kenapa diam, Dinda? Kamu mau protes?" tanya Ayah.
Dengan ragu Dinda menggelengkan kepala. Kepalanya menunduk. Dia sangat segan kalau dinasihati Ayah. Akan berbeda kalau Bunda yang menasihati, pasti akan dijawab dengan cepat dan lantang.
"Bagus kalau begitu, Dinda. Pulang sekolah itu istirahat. Habis itu nyapu halaman. Jangan bikin Bunda kesal lagi," nasihat Ayah.
***
Hari berikutnya, Dinda pulang lebih awal karena Ibu dan Bapak Guru mendapatkan undangan ke dinas, begitu pengumuman Bu Nita.
Sesampai di rumah, Dinda melihat HP berada di atas meja kerja Ayah, seperti biasa. Semula dia mau mengambil HP itu, namun dia ingat kalau Ayah membatasi pemakaian HP. HP sudah disetel. Dia bisa membuka HPnya kalau sudah pukul dua siang.