Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Berpisah dengan Bu Elang

Diperbarui: 2 November 2024   06:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Koleksi pribadi yang diolah melalui Microsoft Designer

"Aku nggak mau sekolah, Bu! Huhuuuu," ucap Pipit kepada ibunya. Dia menangis sesenggukan.

"Lho, kamu sekolah itu biar jadi anak pinter, Pit," jawab Ibu dengan suara lembut.

"Aku mau belajar sama Ibu saja. Ya, Bu!"

Pipit menatap ibunya penuh harap. Namun sayangnya, bukan anggukan yang dilihat Pipit. Pipit melihat ibunya menggelengkan kepalanya.

"Aku kan ingin selalu bersama Ibu," gerutu Pipit. Dia mulai menghapus air mata.

Ibu mendekati Pipit.

"Ibu juga begitu, Pipit. Pingin sama kamu terus. Tapi Ibu khawatir kalau kamu nggak sekolah, kamu jadi olok-olok temanmu."

Pipit memang seekor burung yang sering diolok-olok teman-temannya. Dia selalu menangis kalau sudah dikeroyok temannya. Memang tidak dipukuli. Tetapi diolok-olok mereka itu sudah membuat Pipit sedih, marah dan tidak terima. Namun dia tak berani untuk melawan.

"Jadi, aku harus sekolah biar nggak diolok-olok teman?"

Ibu mengangguk. Anak bodoh jelas akan terlihat aneh bagi teman-teman Pipit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline