Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, di antara ciptaan Allah. Meski begitu, tak ada satu pun manusia yang sempurna di dunia. Hanya Nabi Muhammad Saw menjadi satu-satunya manusia teragung yang harus menjadi panutan bagi semua makhluk, apalagi manusia yang menganut agama Islam.
Beliau menjadi suri tauladan yang sempurna saat manusia harus melewati semua cobaan, baik cobaan ketika bahagia maupun sedih.
Jika saja kita jauh dari tuntunan beliau, maka lihat saja sosok perempuan yang melahirkan kita. Betapa keriput kulitnya tak membuatnya takut untuk melawan hawa dingin. Gemericik air dari padasan, tempat tampungan air yang terbuat dari tanah liat, yang menampung air dengan suhu dingin, menyentuh kulit yang tak lagi kencang. Namun ibadahnya lebih kencang daripada kita, yang lebih muda.
"Dewi, Rinta! Sudah mau Subuh, bangun, Ndhuk!"
Setiap jelang Subuh, ketukan pada pintu kamar selalu terdengar. Membangunkan kita yang meringkuk di bawah selimut yang menghangatkan tubuh kita. Sementara perempuan yang setia membangunkan kita, membiarkan tubuhnya berselimut mukena lusuh pemberian bapak saat mereka menikah.
"Iya, Bu!" jawabku dengan sedikit rasa malas, sambil tanganku mengguncang tubuhmu, Rin!
"Apaan sih! Dingin tahu!" gerutuku.
Kamu merapatkan selimut lagi. Sedang aku beringsut dan duduk di tepi ranjang tua, tempat kita tidur setiap harinya.
"Ibu sudah nungguin. Lekas bangun!"
Ujung kakiku meraih sendal jepit yang selalu ada di bawah ranjang. Lalu kulangkahkan kaki ke luar kamar.