Luka, tak pernah terbayangkan akan hadir di hatimu yang juga membuat hatiku lebih terluka. Kau gadis yang kukenal karena isengku yang luar biasa. Scroll chat-mu dengan Rizky, tetanggaku. Diam-diam aku menyimpan nomor kontakmu.
Awalnya aku mencoba peruntungan untuk dekat dengan wanita dari kampung halaman. Sesuai permintaan ibu yang ingin memiliki menantu dari kampung. Setidaknya dari kabupaten yang sama.
Lelaki petualang. Itu yang bisa disematkan kepadaku, juga kepada temanku lainnya. Kami sering merasa sepi dan jauh dari jodoh bila tak adu strategi mendapatkan wanita impian.
"Kalau nggak mau ngaku, nomor kamu kunamai Mr," balasmu saat aku beberapa kali iseng dan tak memberi kejelasan identitasku.
Dari balasanmu itu kurasa kau sangatlah unik dan patut untuk diperjuangkan. Perempuan yang tak mudah didekati. Sekalipun mungkin sebenarnya Rizky yang juga sahabat kuliahmu, ada rasa padamu. Aku malah berpikir untuk memenangkan hatimu.
Aku tersenyum membayangkan jika akhirnya kita melangkah ke jenjang serius, sementara Rizky melihat kebersamaan kita.
"Kamu jangan macem-macem sama dia," nasehat atau mungkin ancaman dari Rizky.
"Emangnya kenapa?"
"Dia marah sama aku, tahu!"
"Mmm, kamu melindunginya. Sepertinya kamu menyukai cewek itu."