Bakda Maghrib.
Ayat demi ayat Qur'an yang terlantun petang ini mengingatkan kala duduk di bangku SMA. Aku yang masuk SMA favorit harus banyak bersyukur. Meski minim prestasi untuk masuk ke SMA itu.
Dengan keadaan dan kemampuan belajarku yang tak sama dengan teman-teman, ada seorang teman laki-laki yang dengan sukarela menjadi teman bicara. Aku memang tergolong seorang introvert. Jadi agak kesulitan juga untuk berkomunikasi dan bersosial.
Teman laki-laki yang menjadi teman bicara, sebut saja namanya Razka. Dia sangat pandai. Tak segan-segan dia mengajariku. Namun aku tak paham juga. Saat mendapatiku yang tidak paham juga, tak pernah keluar ejekan atau kata-kata sejenis.
***
"Day, kamu nggak ke kantin?" tanya Razka saat awal-awal saling mengenal.
Aku menggeleng.
"Ayo. Aku traktir," ucap Razka yang bersiap melangkah ke kantin, menyusul teman-teman lain yang sudah berlarian begitu bel istirahat berbunyi.
"Aku puasa, Ka."
Razka terdiam. Lalu kembali ke bangkunya yang kebetulan berada di depan bangkuku.