Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Fabel | Muti dan Mutmut

Diperbarui: 17 Mei 2023   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: mbludus.com

Dua semut berjalan beriringan. Namanya Muti dan Mutmut. Mereka menuju seberang sungai untuk mencari makanan. Menyusul ibu dan ayahnya yang berangkat lebih dulu. Seperti biasanya.

Memang di seberang sungai banyak makanan manis kesukaan mereka. Ada pisang matang, rambutan atau buah lain yang baunya khas di hidung mereka. 

Mereka berusaha agar tidak merugikan sesama sahabat. Jadi mau tidak mau harus mengikuti ajakan ibu dan ayahnya untuk mencari makanan. Tidak boleh mencuri. Itu nasehat ibu dan ayah.

Ketika sampai di seberang sungai, biasanya sudah banyak semut yang juga ke sana. Tak jarang, ketika di sana mereka saling melepas kangen. Bertemu sahabat yang belum tentu seminggu sekali.

Saat bertemu itulah, mereka saling salaman dan cium pipi kanan-kiri. Berbincang sebentar dan tertawa bersama. Terkadang mereka lupa waktu. Hingga semut dewasa, entah kakak atau ibu-ayah mereka, sering mengingatkan agar segera melanjutkan perjalanan. 

Mengingat cuaca sering cepat berubah. Kalau tak segera melanjutkan perjalanan, bisa-bisa kehujanan atau kalau panas terik ya kegerahan. Mereka memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mencari makan.

"Muti! Mutmut!" Seru ibu yang sudah menunggu di sebuah ranting pohon jambu.

"Lekas ke sini, nak!"

"Iya, Bu!" Jawab Muti dan Mutmut berbarengan.

Mereka segera berpamitan pada temannya. Temannya sudah saatnya pulang juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline